Merancang Sekolah Tahan “Gempa”
Rekruitmen tenaga P3K oleh pemerintah menyisakan kekecewaan bagi tenaga honorer di sekolah negeri yang tidak diterima, karena kalah bersaing dengan tenaga bersertifikat pendidik dari sekolah swasta. Sementara sekolah swasta merana karena guru-guru yang berpengalaman beralih lembaga efek P3K. Keadaan ini tentunya menjadikan semua pihak untuk bermuhasabah. Bagi penyelenggara pendidikan swasta terlebih untuk segera mendesain sekolahnya menjadi kuat dan tahan dari terpaan gempa P3K ini.
Dampak P3K pada AUM Pendidikan
Muhammadiyah yang memiliki ribuan sekolah adalah salah satu organisasi yang terdampak dengan masalah ini. Info dari Majelis Dikdasmen PWM Jateng, sekitar 1.249 guru Muhamamdiyah yang diterima P3K untuk tahap II. Jumlah yang tidak sedikit tentunya. Banyak tafsir mengapa guru Muhamamdiyah memilih untuk ikut rekruitmen P3K, di antararanya : mencari penghasilan yang lebih karena di Muhammadiyah belum sejahtera, ingin menjadi ASN, atau bisa jadi memang ingin bekerja tidak lagi fullday.
Muhammadiyah memang organisasi yang unik, ada sekolah yang lahir dari ranting sehingga yang “ngesuhi” dan mendesain adalah ranting. Dan ada AUM yang lahir dari aktifis cabang sehingga yang mendominasi dan mendesain adalah pimpinan cabang. Di tataran ranting memilki ragam sumber daya pimpinan yang berbeda, begitu juga cabang. Ada yang majelis/pimpinan sangat intens mendampingi sekolah, namun tidak sedikit yang sama sekali sekolah berjalan sendiri. Dari ragam inilah tentunya akan menjadikan ragam pula tipe sekolah. Semua bergantung bagaimana pimpinan dan pengelola sekolah mendesain sekolah sesuai kemampuanya. Ada pimpinan yang aktif dan memonitor (nggawangi) untuk mewujudkan sekolah unggul layaknya hotel bintang lima.
Baca juga, M1 Smart Card Bukti Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah
Namun juga masih ada yang pasif dan sekolah berjalan asal jalan. Sehingga saat ada program P3K inipun penyikapannya cenderung berbeda. Bagi sekolah yang ingin mendesain menjadi sekolah unggul layaknya bintang lima, tentunya menata regulasi dan membetengi agar sekolah tidak terkena gempa P3K. Dengan membuat regulasi “mengerem” guru untuk tidak melirik lagi ke P3K, tentunya memiliki konsekuensi sembodo dengan memberikan kesejahteraaan dan fasilitas seperti BPJS, DPLK dan kesejahteraan paling tidak sama atau mendekati P3K.
Namun, bagi sekolah yang tidak terawat, tidak termonitor oleh majelis/pimpinan. Ya tentuya dengan bahasa yang seragam dibiarkan guru dan karyawan untuk merubah nasibnya. Sehingga sampai ada kejadian kepala sekolah dan gurunya ketrima P3K semua yang sertifikasi.
Merunut dari keadaan di atas, tentunya kita tidak boleh saling menyalahkan. Saling menyalahkan hanya akan menjadikan keretakan dan menjadikan masalah tidak terurai. Semua sudah terjadi saaatnya mendesain yang baru. Mendesain sekolah yang tahan “gempa”, sebab jika hal demikian tidak ada ikhtiar dan regulasi baru, tentunya selamanya Muhammadiyah tidak akan punya sekolah unggul dan favorit.
Manajemen Sekolah Tahan “Gempa”
Perjumpaan penulis dengan Drs. Marpuji Ali Ketua Komite SD Muhammadyah PK Kota Barat, di saat kami mengajukan pinjaman di AUM bersinar beliau menuturkan bahwa AUM (Amal Usaha Muhamamdiyah), amal itu berlandaskan keikkhlasan dan usaha ikhtiar maksimal profesional. Dan ketika amal ikhlas dan kerja secara profesional layak medapat hak profesionalnya dan tidak dikatakan mencari hidup di Muhammadiyah. Dengan bekerja secara profesional, mendapat hak yang layak itu sah-sah saja. Selagi AUM mampu dan kuat, kenapa tidak? Dan hal ini penulis amati telah terbukti di Perguruan Kota Barat memang tidak terkena gempa P3K, itu artinya regulasi dan sistem telah membuat nyaman guru dan karyawan.
Lahinya sekolah Program Khusus sebenarnya jawaban dan harapan baru bagi warga muhmmadiyah setelah ormas lain memunculkan Sekolah Islam Terpadu. Dan Program Kota Barat menjadi kiblat gerakan. Namun sayang banyak bermunculan Program Khusus hanya sekedar memindahkan kata tanpa dibarengi dengan pindahnya sistem. Sehingga Ketika ada P3K inipun banyak SD Muhmmadiyah Program Khusus yang terkena gempa.
Baca juga, Dukung Pelayanan Kesehatan Prima, Walikota Resmikan Klinik Pratama Siti Aisyah
Belajar dari Kota Barat dan beberapa Sekolah Muhammadiyah lainya yang tidak terkena gempa P3K seperti SD Muhammadiyah Plus Salatiga, SD Aisyiyah Unggulan Gemolong. Awalnya juga mengalami kasus yang sama. Ustad Ainul Huri, M.Pd. Kepala SD Muhammadiyah Plus Salatiga menuturkan pada kami saat ketemu di ajang Lomba OlympiCAD 2021 menuturkan bahwa pernah sekolahnya yang diterima PNS adalah 25 guru. Bayangkan jumlah yang sangat spetakuler. Dari kejadian ini pimpinan majelis dan sekolah mulai mendesain dan berfikir bagaimana ke depan guru tidak lagi melirik ke instansi lain termasuk PNS. Maka dibuatlah regulasi yang mengatur hal ini dengan segala konskuensi tentunya. Kesra guru dinaikan, update terus perlahan sesuai kemampuan dan dibuatlah aturan pembentengan dengan punishment bagi yang mendaftar ke instansi lain. Dan alhamdulillah tahun ini SD Muhammadiyah Plus Salatiga tidak terpengaruh dengan P3K.
Nah, sekarang semua bergantung pada pimpinan dan pengelola AUM mau mendesain sekolah tipe yang mana. Tipe hotel bintang lima, sekolah unggul maju, atau sekeladar jalan sehingga hanya jadi batu loncatan layaknya hotel C3 (Cek In, Cek ecek, Chek Out). Hilir mudik keluar masuk guru menjadi pemandangan yang biasa, dan impian mewujudkan sekolah unggul jauh dari harapan. Dan berulang kali kejadian terus akan terus seperti ini. Bukan kah Nabi pernah bersabda, yang artinya, “Jangan sampai kita terjebak ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya dan orang yang beruntung adalah orang yang hari esok lebih baik dari pada hari ini”
Allah Swt. juga berfirman, yang artinya, “Hendaklah tiap diri untuk memikirkan hari esok yang lebih baik” Semua bergantung pada level masing-masing. Betapa indahnya bila tiap kabupaten bahkan bisa jadi tiap kecamatan Muhammadiyah memilki sekolah yang unggul dan berkemajuan.
Desain Sekolah Maju Tahan Gempa
Pertama, solidkan jajaran Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah dari ranting, cabang, daerah, dan wilayah. Masih banyak yang belum memainkan peran dengan maksimal. Bahkan cenderung kurang klop. Di beberapa daerah malah dikira merebut kewenangan. Majelis solid peran dan fungsinya biar maksimal. Minimnya peran yayasan banyak dirasakan madrasah; sehingga madrasah lebih mbapak kepada Kemenag. Menurut Ustad Pamuji Raharjo Ketua FKKS SD/MIM Jateng, guna Membangun sekolah maju bergantung pada kesungguhan para pengurus dan pengelola, kemudian menyiapkan leader yang progresif yang visioner, baru sarpras
Kedua, gali potensi Badan Usaha Milik Sekolah ( BUMS). Dari rabat BUMS inilah nantinya dapat menjadi tambahan kesejahteraan dan tambahan-tambahan lainya seperti askes, dan DPLK seperti SD Aisyiyah Unggulan Gemolong.
Ketiga, sinergi dengan Lazismu. Sebuah statmen Bopo Supadi Kepala SD Muhammadiyah Palur saat kami ketemu di Masjid Unimus, beliau cerita Lazismu berdonasi ke luar negeri sampai milyaran, tapi kadang ironisnya di dalam internal sendiri masih perlu dukungan pendanaan. Maka item fii sabil lillah ini bisa ditasarufkan ke pejuang pejuang dakwah di madrasah. Hal ini tentunya perlu komunikasi dan kolaboratif.
Editor : M.T.Ulinuha