Kode Etik dalam Kehidupan Manusia
Oleh : Rumini Zulfikar (Gus Zul)*
PWMJATENG.COM – Kita telah memasuki awal tahun dengan peristiwa-peristiwa berharga, seperti gempa bumi di Jepang (7,4 SR), gempa bumi Sumedang (4,6 SR), dan kecelakaan Kereta Api di Bandung. Kejadian-kejadian ini merupakan alarm alam dan sosial, mengingatkan kita untuk introspeksi, memperbaiki diri, dan berharap untuk masa depan yang lebih baik secara spiritual dan moril.
Tuhan menciptakan manusia dan alam semesta ini dengan tujuan untuk kemaslahatan kehidupan di dunia. Dalam perjalanannya, Allah memberikan kode, etik, dan rambu-rambu melalui firman-Nya yang terwujud dalam kitab suci seperti Zabur, Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Kode ini mengarah pada kehidupan yang taat pada hukum Tuhan, membimbing umat manusia untuk bersahabat dengan alam semesta raya.
Baca juga, Mengakar, Mengembang, dan Memajukan Troketon
Dalam KBBI, etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos,” yang berarti perilaku, moral, dan adab. Tuhan mengutus insan pilihan seperti Nabi Ibrahim, Nabi Sulaiman, Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Ayub, Nabi Yunus, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad SAW sebagai suri teladan yang membawa pencerahan pada masanya. Etika ini menjadi pedoman bagi umat manusia untuk hidup sesuai dengan ajaran Tuhan.
Kode etik tidak hanya terbatas pada aspek agama, melainkan juga mencakup berbagai lini kehidupan manusia. Ada kode etik profesi, bisnis, sosial, organisasi, dan lainnya. Semua ini membimbing perilaku manusia dalam setiap aspek kehidupan.
Akibat Tidak Menjalankan Kode Etika Kemanusiaan
Dalam perkembangan zaman, terjadi kemerosotan perilaku manusia yang melanggar kode etik dan rambu-rambu yang diwujudkan dalam etika. Terutama dalam suasana tahun politik, perilaku kurang etis dari kontestan calon dan partai politik bisa merusak tatanan sosial, ekonomi, budaya, politik, bahkan kehidupan keluarga dan masyarakat.
Artikel Ahmad Muarif di Suara Muhammadiyah menyebutkan beberapa jenis kode etik, seperti kode profesi, bisnis, sosial, dan organisasi. Namun, saat ini, banyak pelanggaran etika terjadi di berbagai lini kehidupan manusia.
Seseorang yang melanggar kode etik kehidupan manusia dapat mengakibatkan kerusakan “kala tidha,” seperti yang diungkapkan oleh Punjangga Kraton Kasunan Surakarta Hadiningrat R Ng Ronggo Warsito dalam serat “Kala Tidha.” Perilaku yang keluar dari kode etik dapat membuat kehidupan manusia rapuh secara fisik dan moril, karena nilai-nilai spiritual menjadi rapuh, dan energi negatif mendominasi.
Baca juga, Manusia di Tengah Pusaran Degradasi Moral
Sebuah “kalabendhu” (musibah) bisa terjadi, seperti hutan yang gundul, gunung yang dieksploitasi habis, menyebabkan ketidakstabilan ekosistem alam dan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan gempa bumi.
Diperlukan revolusi dalam diri manusia untuk kembali pada kode etik dalam kehidupan. Sinergi antara hati, pikiran, dan tutur kata yang baik harus ditekankan. Kembalilah pada kode etik, hindari hati, pikiran, dan kata-kata kotor yang berpotensi menyebabkan kerusakan fatal dalam kehidupan. Semoga kita mencapai masa “kasebo,” yaitu kemulian yang sejati. Aamiin.
*Ketua PRM Troketon, Anggota MPI & HAM PCM Pedan, Anggota Bidang Syiar MPM PDM Klaten.
Editor : M Taufiq Ulinuha