PWMJATENG.COM – Suatu ketika Pak AR Fachruddin (Abdul Razak Fachruddin), almarhum mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah) bertamu ke rumah salah seorang pengurus cabang Muhammadiyah di Purwodadi.
Setelah perjalanan cukup panjang, Pak AR yang kecapaian disuguhi minuman teh oleh tuan rumah. Secara kebetulan air teh itu kurang manis.
Merasa air teh yang disuguhkannya kurang manis, tuan rumah pun minta maaf kepada Pak AR. “Maaf Pak AR, air tehnya kurang manis.”
“Justru saya bersyukur air tehnya tidak terlalu manis. Karena kalau terlalu manis, kata dokter bisa mengakibatkan penyakit diabetes,” ucap Pak AR dengan ringan untuk menenangkan hati tuan rumahnya.
Setelah itu, Pak AR kemudian melakukan shalat Maghrib berjamaah di masjid. Pulang dari masjid, Pak AR diajak makan tuan rumah.
Celakanya, kebetulan sayurnya terasa hambar karena kurang garam. Tuan rumah pun kembali minta maaf karena sayurnya terasa tawar.
“Tak apa-apa. Saya bersyukur sayurnya tidak terlalu asin. Kalau terlalu asin, kata dokter, akan terkena di darah tinggi,” kata Pak AR sembari kembali menenangkan hati tuan rumah yang berkecamuk tidak keruan.
Seusai shalat Isya, maka pengajian di ranting Muhammadiyah itu berlangsung dengan meriah. Acaranya berlangsung sampai tengah malam.
Maka Pak AR yang mulai berusia lanjut, merasa kecapaian dan ingin segera istirahat tidur. Sialnya lagi, kebetulan di kamar yang tersisa, tak ada ranjang yang biasa dipakai untuk membaringkan badan.
Maka pihak tuan rumah mempersilakan Pak AR tidur di atas lantai beralaskan tikar.Dan lagi-lagi karena merasa kurang bisa menghormati tamu, tuan rumah pun kembali minta maaf. Dia merasa tidak enak dan hatinya bergejolak tidak keruan. Apalagi ia tahu menghormati tamu adalah kewajiban seorang Muslim.
Namun Pak AR menanggapinya dengan santai saja. Dia tak merasa risih atau terhina karena selaku Ketua Umum PP Muhammadiyah harus tidur di atas lantai dengan hanya beralaskan selembar tikar. Pak AR justru mengucapkan terima kasih agar hati tuan rumah merasa tenang.
“Terima kasih. Justru saya senang tidur di lantai, Kalau tidur di ranjang, tubuh saya yang gemuk ini bisa repot. Kalau jatuh bisa sakit. Tidur di lantai tidak mungkin jatuh,” kata Pak AR dengan tetap mengucapkan syukur.
Kebetulan pula, kamar yang ditempati Pak AR nyala listriknya tak bagus. Cahanya hanya temaram.
Menyadari hal tersebut, tuan rumah pun kembali meminta maaf karena listriknya redup.
“Maaf Pak AR, lampu listriknya tidak menyala dengan baik. Cahayanya redup.”
Lagi-lagi Pak AR menanggapi suasana itu dengan sikap biasa dan santai saja. Dia tetap mengatakan semua kekurangan itu tak menjadi soal serta tak perlu terlalu dirisaukan.
“Justru nyala listrik yang redup ini saya senang karena bisa cepat tidur. Terimakasih dengan memberikan lampu listrik yang nyalanya redup,” kata Pak AR sungguh-sungguh.
“Wah kalau dengan Pak AR ini semuanya serba kebetulan kurang ini dan kurang itu. Dan Pak AR selalu bersyukur,” kata tuan rumah.