Jamaluddin Ahmad: Masjid sebagai Pusat Spiritualitas dan Kegiatan Persyarikatan
PWMJATENG.COM, Semarang – Pada launching Masjid At Taqwa sebagai masjid unggulan percontohan nasional, Drs. H. Jamaluddin Ahmad, S.Psi., Ketua Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCRPM) PP Muhammadiyah, menyampaikan pesan mendalam tentang urgensi kembali ke akar-akar keagamaan, Ahad (28/1). Dalam tausiyahnya, beliau menyoroti peran penting masjid sebagai pusat spiritualitas dan kegiatan keislaman.
Sebagai pengantar, beliau mengingatkan sejarah berdirinya lembaga baru di Muhammadiyah, awalnya bernama LPCR (Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting). Namun, pada Muktamar Solo, keputusan untuk menguatkan lembaga ini diambil dalam pleno PP Muhammadiyah. Nomenklatur baru pun muncul, dengan penambahan kata “masjid” di dalamnya.
“Muktamar Solo memberikan pesan kepada kita untuk kembali ke masjid. Mari kita semua kembali ke mesjid. Ini adalah panggilan agar warga Muhammadiyah dan pimpinan-pimpinan di dalamnya, termasuk AUM, kembali fokus pada masjid,” ungkap Drs. H. Jamaluddin Ahmad.
Dalam penyampaiannya, Drs. H. Jamaluddin Ahmad merinci bahwa Ir. H. Kusnadi Ikhwani, M.M., seorang tokoh Muhammadiyah, dijuluki “Provokator” karena perannya yang sangat kental dalam memprovokasi dan memotivasi warga Muhammadiyah untuk aktif kembali di mesjid. Gelar MM yang biasanya diasosiasikan dengan Magister Management, dalam konteks Prof. Kusnadi Ikhwani, berubah maknanya menjadi Marbot Masjid, menandakan peran utamanya sebagai pemimpin dan pembina di Masjid Al-Falah Muhammadiyah, Sragen.
Baca juga, Sekoci Gambar Matahari Jelang Pilpres 2024
“Prof. Kusnadi Ikhwani, bukan hanya seorang Profesor tetapi juga Provokator. Provokator yang menggerakkan kita semua untuk kembali ke mesjid, menjadi Marbot Masjid, dan memakmurkan mesjid,” jelas Drs. H. Jamaluddin Ahmad.
Beliau menekankan bahwa pesan Muktamar Solo adalah untuk menghidupkan kembali semangat umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah, dalam menjalankan ibadah dan kegiatan keagamaan di mesjid. Mesjid dianggap sebagai tempat yang tidak hanya membangun spiritualitas tetapi juga sebagai pusat kegiatan keislaman.
“Kembali ke mesjid bukan sekadar fisik, tetapi melibatkan hati dan jiwa kita. Mesjid bukan hanya tempat ibadah tetapi juga pusat pembinaan spiritual dan keislaman. Kita diajak untuk bangkit dari mesjid,” tambahnya.
Tausiyah ini menggarisbawahi urgensi menjaga dan memperkuat kembali keberadaan masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan dan spiritual.
Editor : M Taufiq Ulinuha