Khazanah Islam

Beda Salat Idulfitri dan Iduladha, Berikut Penjelasan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah

PWMJATENG.COM – Salat Idain adalah ibadah yang dilakukan oleh umat Islam saat merayakan dua hari raya besar, yaitu Idulfitri dan Iduladha. Ibadah yang lebih dikenal dengan sebutan Salat Id ini merupakan salat sunnah dua rakaat yang hukumnya Sunnah Muakkad (sangat dianjurkan untuk dilaksanakan). Meski terdengar mirip, ada beberapa perbedaan penting antara Salat Idulfitri dan Iduladha yang belum banyak dipahami oleh umat Islam.

Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Syamsul Hidayat, menjelaskan bahwa secara umum pelaksanaan Salat Idulfitri dan Iduladha sama. Namun, terdapat sedikit perbedaan dalam hal yang dilakukan sebelum dan sesudah salat.

“Pada Salat Idulfitri, dianjurkan untuk makan dan minum terlebih dahulu, sedangkan pada Salat Iduladha, dianjurkan untuk berpuasa terlebih dahulu,” jelas Syamsul pada Minggu, 16 Juni.

Beliau menambahkan, jika ingin minum atau makan ringan, lakukan sebelum waktu subuh. Setelah subuh, dianjurkan berpuasa hingga melaksanakan Salat Iduladha.

Syamsul Hidayat juga merujuk pada hadits yang diriwayatkan oleh HR. Ahmad 5/352, di mana Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa makan sebelum berangkat salat pada hari Idulfitri. Sedangkan pada hari Iduladha, beliau tidak makan terlebih dahulu kecuali setelah pulang dari salat, barulah beliau menyantap hasil qurbannya.

Baca juga, Iduladha 1445 H: Perbedaan Antara Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi

“Dalam hadits tersebut dikatakan bahwa Nabi SAW makan setelah salat, dan yang dimakan adalah daging dari qurbannya,” tambah Syamsul Hidayat, yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

Mengenai teknis pelaksanaan Salat Iduladha, Syamsul menerangkan bahwa pelaksanaannya sama dengan Salat Idulfitri. Pada rakaat pertama, dilakukan takbir zawaid sebanyak tujuh kali dan pada rakaat kedua sebanyak lima kali.

“Jumhur Ulama mengatakan bahwa takbir zawaid dilakukan setelah takbiratul ihram. Jadi, jika digabung dengan takbiratul ihram menjadi delapan kali takbir di rakaat pertama dan enam kali takbir di rakaat kedua,” papar Dekan FAI UMS itu.

Seperti dalam Salat Idulfitri, Syamsul menambahkan bahwa dianjurkan semua umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan, untuk hadir di tanah lapang, termasuk wanita-wanita haid yang tetap dianjurkan datang meski tidak masuk dalam barisan salat dan diberikan tempat tersendiri.

“Dari Ummu ‘Athiyyah diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. memerintahkan kami untuk mengajak semua gadis remaja, wanita haid, dan wanita pingitan keluar pada hari Idulfitri dan Iduladha. Wanita yang sedang haid supaya tidak memasuki lapangan tempat salat, tetapi menyaksikan kebaikan hari raya itu dan mengikuti doa kaum Muslimin,” paparnya saat menyampaikan hadits HR. Al-Jama‘ah.

“Tujuannya adalah agar mereka menyaksikan kebaikan hari raya dan mengikuti doa-doa kaum Muslimin yang salat di tanah lapang,” pungkasnya.

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE