PWMJATENG.COM, Semarang – Pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Majelis Dikdasmen PNF PWM dan PDM se-Indonesia yang berlangsung di BBPMP Jawa Tengah, Jumat-Senin (31/5-3/6), terdapat penampilan di sesi pembukaan yang membuat segenap peserta dan tamu undangan yang hadir terpana. Penampilan ini dinilai ‘agak laen’, karena cukup jarang dipentaskan dalam event-event Persyarikatan. Hal ini diafirmasi oleh salah seorang Anggota Majelis Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah, di mana katanya penampilan ini masih diperbincangkan oleh peserta dan tamu Rakornas selepas acara pembukaan.
Penampilan ‘agak laen’ ini ialah pembawaan lagu Sang Surya diiringi biola oleh Khoirul Ummah, Guru SD Muhammadiyah Truko sebagai penyanyi, dan Fandi, Guru SD Muhammadiyah Purin sebagai pemain biola. Dan di sela-sela lagu Sang Surya, Bu Irul (saapaan akrab Khoirul Ummah), membacakan puisi berjudul Muhammadiyahku karya H. Ikhsan Intizam, Lc., M.Ag., Ketua PDM Kabupaten Kendal.
Kenapa ‘Agak Laen’?
Sebagai mana kita tahu, bahwa pada event-event Persyarikatan, lagu Sang Surya menjadi salah satu lagu wajib yang harus dinyanyikan oleh segenap hadirin dan tamu undangan. Biasanya, momen menyanyikan lagu ini dilakukan bersama-sama, sambil diiringi musik atau terkadang juga menggunakan paduan suara.
Nah, pada pembukaan Rakornas Majelis Dikdasmen PNF yang lalu, lagu Sang Surya tidak dinyanyikan bersama-sama, melainkan dinyanyikan oleh Bu Irul dan diiringi alunan biola, dengan para hadirin duduk di kursi masing-masing, sembari meresapi makna lagu Sang Surya. Hal yang ‘tidak lazim’ bukan?
Tidak berhenti di situ, Bu Irul di tengah nyanyiannya, menjeda dengan pembacaan puisi Muhammadiyahku karya H. Ikhsan Intizam, Lc., M.Ag., Ketua PDM Kendal. Ini adalah ‘agak laen’ kedua, di mana biasanya puisi–pada event Persyarikatan–dibacakan secara terpisah dari menyanyikan lagu sakral, Sang Surya.
‘Agak laen’ ketiga ialah, upaya menghidupkan kembali kebiasaan KH. Ahmad Dahlan yang menggunakan seni dan musik dalam dakwahnya, melalui alat musik biola. Penampilan visual Pak Fandi yang dimirip-miripkan KH Ahmad Dahlan sembari bermain biola, menambah suasana khidmat pada acara tersebut. Seakan-akan KH Ahmad Dahlan hadir di dalam ruangan tersebut dan memberikan pencerahan kepada segenap hadirin.
Bu Irul dan Kreatifitas Seni
Penampilan Bu Irul dan Pak Fandi ini kemudian diapresiasi oleh Ketua PWM Jawa Tengah, Kiai Tafsir. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa upaya kreatifitas seni seperti yang ditampilkan oleh Bu Irul dan Pak Fandi patut dicontoh. Bahkan Kiai Tafsir memberikan PR kepada Majelis Dikdasmen PNF untuk kembali menyemarakkan kreatifitas seni melalui para murid dan guru.
Lantas, siapakah sosok Bu Irul ini? Dua kali dia telah membuat pejabat teras Persyarikatan terpukau. Pertama, saat penampilannya pada Halalbihalal Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Jawa Tengah yang dihelat di RSI Muhammadiyah Kendal, bulan lalu. Dan yang kedua, kemarin saat pembukaan Rakornas.
Khairul Ummah merupakan seorang kader Persyarikatan yang saat ini berkhidmat sebagai guru di SD Muhammadiyah Truko, Kendal. Ia mengenyam pendidikan dasar di tempatnya berkhidmat saat ini, SD Muhammadiyah Truko. Kemudian ia melanjutkan studi di SMP IT Abu Bakar Yogyakarta. Masa putih abu-abunya ia habiskan untuk bersekolah di SMA Muhammadiyah 1 Weleri dan kemudian melanjutkan studi S1 di Universitas PGRI Semarang (UPGRIS).
Bu Irul bukan sekadar guru Muhammadiyah biasa, ia merupakan kader Persyarikatan yang berproses melalui Organisasi Otonom Muhammadiyah (Ortom). Ia mengawali kaderisasinya di Ikatan Pelajar Muhammadiyah saat masih bersekolah di SMA Muhammadiyah Weleri. Kemudian ia berdiaspora menjadi Yunda Nasyiatul Aisyiyah di Ranting Kendal Kota. Dan saat ini, tercatat Bu Irul merupakan Anggota Bidang Dakwah PWNA Jawa Tengah Periode 2022-2026.
Saat redaksi mewawancarai Bu Irul, ia mengakui bahwa bakatnya dalam bernyanyi telah nampak ketika ia berada di bangku sekolah dasar. Saat itu, ia diminta bernyanyi pada kegiatan sekolah. Bakatnya di bidang seni ini kemudian berlanjut saat ia SMP, di mana ia sempat menjuarai lomba baca puisi pada Jambore Nasional se Jawa-Bali. Kemudian, ketika SMA, ia juga pernah mendapatkan tawaran untuk rekaman lagu milik salah seorang alumni SMAnya.
Dalam wawancara tersebut, Bu Irul mengaku bahwa di dalam setiap penampilannya, ia berusaha membagikan perasaan dan menyampaikan pesan dari puisi yang ia bawakan.
“Syukur ada orang yang setelah mendengarkan saya berpuisi menjadi tambah semangat memberi dampak positif untuk dirinya,” ujarnya.
Bu Irul juga berpesan kepada segenap insan pendidikan, khususnya para guru Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah untuk menjadikan seni sebagai salah satu jalan dakwah.
“Jadikan seni menjadi salah satu jalan dakwah yang berkembang dan berkemajuan. Dan jangan mau untuk berkesenian. Sebagai seorang pendidik, seyogyanya kita dampingi (para siswa). Berikan contoh berkesenian yang baik, serta kembangkan bakat-bakat peserta didik dalam hal ini di bidang kesenian dengan cara memberikan wadah di sekolah agar dapat mendorong mereka menjadi lebih kreatif dan percaya diri,” pungkasnya.
Editor : M Taufiq Ulinuha