Karakter Islam Berkemajuan: Tauhid
Karakter Islam Berkemajuan: Tauhid
Oleh: Masyhuda Darussalam (Peserta Sekolah Tabligh PWM Jateng, Angkatan 3 di UNIMMA Magelang)
PWMJATENG.COM – Karakter Islam berkemajuan mencakup lima pilar utama: (1) berlandaskan tauhid, (2) kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, (3) menghidupkan ijtihad dan tajdid, (4) mengembangkan wasatiyah Islam, dan (5) mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta. Artikel ini akan membahas pilar pertama, yaitu tauhid sebagai landasan utama karakter Islam berkemajuan.
Tauhid adalah keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak disembah, satu-satunya pencipta, pemelihara, dan pengatur alam semesta. Dalam kehidupan sehari-hari, tauhid diwujudkan melalui tiga aspek utama:
1. Keyakinan yang Murni
Kalimat tauhid, La ilaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah), menjadi dasar keyakinan seorang Muslim. Menanamkan tauhid berarti menyingkirkan keyakinan-keyakinan selain Allah. Apabila keyakinan kepada Allah dicampur dengan kepercayaan lain, seperti takhayul atau keyakinan masa lalu, maka terjadi kemusyrikan. Dalam pandangan Islam, proses menuju keyakinan yang murni ini membutuhkan pembelajaran dan pemahaman yang benar. Hanya dengan keyakinan penuh kepada Allah, seorang Muslim dapat menjadi pribadi yang merdeka dan tidak terbelenggu oleh kepercayaan keliru.
2. Pribadi yang Merdeka
Orang yang bertauhid tidak terpenjara oleh pengaruh lingkungan atau gejala-gejala alam yang mistis. Tauhid memberikan kekuatan untuk mengamalkan ajaran Islam sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah tanpa takut pada tantangan atau perbedaan. Pribadi yang bertauhid bebas dari ketergantungan terhadap makhluk dan sepenuhnya bersandar kepada Allah.
3. Optimisme dan Keikhlasan
Tauhid menumbuhkan optimisme dalam menghadapi masa depan. Keyakinan bahwa Allah adalah pengatur dan pemelihara hidup memberikan kekuatan untuk menghadapi segala tantangan. Pribadi yang bertauhid percaya bahwa kesuksesan adalah hasil dari usaha maksimal yang diberkahi oleh Allah. Kesuksesan ini mengajarkan kerendahan hati, sehingga seseorang tidak sombong saat berhasil dan tidak minder saat menghadapi kegagalan.
Baca juga, Epistemologi Bayânî, Burhânî, dan `Irfānî dalam Pemikiran Islam: Pendekatan Terpadu dalam Ijtihad Keagamaan
Muhammadiyah memandang tauhid sebagai dorongan untuk membebaskan manusia dari ketidakadilan, penghisapan, dan ketimpangan. Pribadi yang bertauhid bersikap kritis terhadap kemungkaran dan aktif menyebarkan kebaikan seperti keadilan, perdamaian, dan kesejahteraan. Tauhid juga menghadirkan keikhlasan dalam beramal, berdakwah, serta melakukan amar makruf nahi mungkar.
4. Menghindari Kesombongan
Bertauhid berarti menolak segala bentuk kesombongan, baik dalam amal maupun dalam mengejar kekuasaan dan kekayaan. Seorang Muslim yang bertauhid sejati tidak mencari sanjungan atau balas budi dari manusia, melainkan semata-mata mengharapkan rida Allah. Hal ini tercermin dalam Surat Al-Fatihah ayat 1, “Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam.”
Orang yang bertauhid yakin bahwa hidup ini telah diatur oleh Allah. Dengan keyakinan tersebut, kebahagiaan hidup tidak tergantung pada keadaan duniawi. Jika seseorang merasa gelisah atau susah, itu menunjukkan bahwa dirinya belum sepenuhnya menyerahkan hidupnya kepada Allah.
Penutup
Tauhid tidak hanya menjadi keyakinan di dalam hati, tetapi juga diwujudkan dalam aksi nyata yang bermanfaat bagi diri sendiri, lingkungan, dan masyarakat. Tauhid yang murni menjadikan seorang Muslim pribadi yang merdeka, optimis, rendah hati, dan ikhlas dalam menjalani hidup. Sebagaimana disebutkan dalam pandangan Muhammadiyah, tauhid adalah inti dari perjuangan menciptakan kehidupan yang adil, damai, dan sejahtera untuk seluruh umat manusia.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha
