UMP: Ajakan Nonton Film G30S/PKI Wajar dan Penting
PWMJATENG.COM, PURWOKERTO – Ajakan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo untuk kembali menonton film Gerakan 30 September disambut hangat oleh segenap kalangan civitas akademika Univeritas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Ajakan itu, bahkan dianggap penting, sebagai pengingat atas sejarah kelam bangsa Indonesia yang pernah terjadi.
Wakil Rektor IV Bidang Pengembangan, Kerjasama, Al Islam dan Kemuhammadiyahan Dr. Ns. Jebul Suroso, MKep mengatakan, PKI memiliki sejarah kelam yang tidak mungkin dihilangkan dari sejarah. Apalagi pemberontakan PKI tidak hanya terjadi sekali dalam perjalanan bangsa ini.
“Bangsa Indonesia saat ini tengah mengalami masa kelabu karena penghianatan PKI. Mari segenap warga negara Indonesia khususnya keluarga besar Universitas Muhammadiyah Purwokerto untuk menyaksikan dan nonon bareng film G30S/PKI. Besok 28 September Pukul 19.30 di Auditorium Ukuwah Islamiyah UMP,” tandasnya.
Ajakan ini sangat wajar dan penting agar bangsa ini tidak melupakan sejarah. Bahwa pemberontakan PKI itu sudah terjadi berulang-ulang. “Pastikan seluruh keluarga, teman dan saudara kita bisa menyakisikan acara tersebut,” kata Jebul usai rapat koordinasi pelaksanaan nonton film bareng G30S/PKI, Rabu, (27/9/2017) di Gedung Rektorat UMP.
Nonton film G30S/PKI bagian dari upaya penyadaran para generasi muda bahwa peristiwa kejam itu pernah terjadi. Pihaknya mengajak siapapun untuk tidak menutup-nutupi, apalagi menghilangkannya.
Sementara itu, acara nonton bareng film Pengkhianatan G30S/PKI turut melibatkan Komando Kesiap Siagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) UMP. Iwan Fakhruddin SE., M.Si., Ak., CA., Komandan KOKAM UMP mengatakan, kegiatan nonton bareng diinisiasi untuk dapat mengambil pelajaran dari peristiwa gelap PKI kepada masyarakat Indonesia saat itu. “Kita punya pengalaman sejarah yang menyakitkan tentang Pancasila melalui film ini kita dapat melihat sejarah tentang perlakuan kejam PKI kepada bangsa Indonesia,” kata Iwan.
Diputarkannya film Penghianatan G30SPKI tidak bermaksud untuk menunjukan sikap pro terhadap masa orde baru atau menentang orde lama. Tetapi merupakan fakta sejarah yang telah terdokumentasi sehingga dapat mengambil hikmah agar partai komunis tidak hidup kembali.
Iwan juga menyampaikan terimakasih kepada pemerintah Indonesia yang telah mempertahankan Tap MPRS Nomor 25 Tahun 1966 tentang pembubaran partai komunis, hal tersebut sebagi benteng bangsa Indonesia menghentikan komunisme. “Harapannya dengan diputarkan film ini, dapat menjadi momen pendidikan bagi generasi muda terhadap kekejaman PKI,” tutup Iwan.(tgr/sls)