PWMJATENG.COM, Surakarta – Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2024, Wakil Rektor IV Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), EM Sutrisna, yang juga Guru Besar Kedokteran dengan keahlian Farmakologi, menyoroti sejumlah isu kesehatan yang menjadi tantangan besar di Indonesia. Berbagai masalah kesehatan, seperti stunting, angka kematian ibu hamil, hingga peningkatan kasus HIV, diungkapkannya masih menjadi PR bersama yang perlu segera diselesaikan.
EM Sutrisna mengungkapkan, “Stunting masih menjadi fokus utama pemerintah. Data terbaru menunjukkan penurunan angka stunting dari 24,4% pada 2021 menjadi 21,6% pada 2023. Meski ini kemajuan, kita perlu bekerja keras untuk mencapai target penurunan menjadi 14% pada 2024 atau bahkan idealnya zero stunting,” ujarnya pada Selasa (12/11). Menurutnya, upaya menurunkan angka stunting perlu sinergi lintas sektor agar bisa lebih efektif.
Selain stunting, EM Sutrisna juga menyoroti angka kematian ibu hamil yang masih menjadi tantangan di Indonesia. Angka kematian ibu hamil tercatat 183 per 100.000 kelahiran hidup, sementara angka kematian bayi mencapai 16 per 1.000 kelahiran hidup. “Meski sudah ada penurunan, angka ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Penting bagi pemerintah memperkuat program kesehatan ibu dan anak agar angka ini dapat ditekan lebih signifikan,” jelasnya.
Masalah lain yang disorot adalah tingginya kasus HIV di Indonesia. Pada 2024, diperkirakan ada sekitar 503.201 orang hidup dengan HIV. Untuk itu, pengobatan Antiretroviral (ARV) menjadi penting agar penderita HIV dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik. EM Sutrisna menjelaskan bahwa akses pengobatan yang tepat akan membantu meningkatkan harapan hidup dan kesejahteraan para pasien.
Di sisi lain, keterbatasan tenaga kesehatan, khususnya di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), juga menjadi isu yang perlu diselesaikan. Dengan sekitar 78.663 dokter, Indonesia masih jauh dari standar WHO yang merekomendasikan rasio 1 dokter per 1.000 penduduk. “Saat ini memang jumlah Fakultas Kedokteran sudah meningkat, namun kebutuhan tenaga medis di daerah terpencil masih sangat tinggi. Sinergi antara pemerintah dan sektor pendidikan diperlukan untuk mengatasi kekurangan ini,” ungkap EM Sutrisna.
Baca juga, Sikap Kita dalam Menyikapi Problematika Kehidupan
EM Sutrisna turut menyoroti lonjakan penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia, seperti diabetes, hipertensi, serangan jantung, dan kanker. Menurutnya, pola hidup tidak sehat seperti kebiasaan mengonsumsi makanan olahan dan kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor utama peningkatan kasus PTM. “Penyakit ini terus meningkat, dan sebagian besar disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat,” ujarnya.
Salah satu kebiasaan yang semakin mengkhawatirkan di kalangan anak muda adalah malas bergerak atau “mager.” EM Sutrisna menyayangkan fenomena ini, “Dulu banyak orang yang antusias olahraga seperti lari pagi, tapi sekarang hal tersebut sudah jarang terlihat,” katanya. Menurutnya, kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang serius di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk kembali aktif bergerak.
Sebagai bentuk kontribusi terhadap kesehatan, UMS menyediakan berbagai fasilitas kesehatan bagi sivitas akademika. Fasilitas Kesehatan Muhammadiyah Medical Center (MMC) di kampus memberikan layanan kesehatan gratis, termasuk pemeriksaan oleh dokter umum dan dokter gigi. EM Sutrisna menambahkan, “Kami juga akan segera membuka Rumah Sakit Umum AR Fachruddin pada 2025, yang semakin mendukung kesehatan mahasiswa UMS.”
Di akhir pernyataannya, EM Sutrisna mengajak seluruh pihak untuk berpartisipasi dalam gerakan “Gerak Bersama, Sehat Bersama” sesuai tema HKN tahun ini. “Peringatan HKN mengajak kita bersatu dalam menjaga kesehatan, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga keluarga dan masyarakat. Untuk mencapai Indonesia Emas 2045, kita perlu memastikan masyarakat sehat dan produktif,” tegasnya.
Menurutnya, kolaborasi lintas sektor, peningkatan kesadaran masyarakat, dan gaya hidup sehat adalah kunci bagi Indonesia untuk menghadapi tantangan kesehatan. “Kerja keras, kolaborasi, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat dapat membantu Indonesia mengatasi masalah kesehatan yang ada,” tutupnya.
Editor : M Taufiq Ulinuha