Peran Kader Persyarikatan dalam Konsensus Pancasila
Oleh : Rumini Zulfikar (Gus Zul)*
PWMJATENG.COM – Pancasila adalah hasil ijtihad para ulama dalam membangun bangsa dan negara, yang bertujuan menyelaraskan nilai-nilai agama dan bangsa sehingga menciptakan masyarakat dan bangsa yang bermartabat.
ا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓااِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”
Setiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Hal ini dikarenakan usulan pentingnya ideologi bagi suatu bangsa yang diajukan oleh Soekarno, sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebelum proklamasi kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai badan ad hoc memiliki kewenangan untuk menyusun dasar dan ideologi negara dalam UUD 1945 serta ideologi bangsa itu sendiri, yang kemudian disepakati menjadi “Pancasila sebagai Dasar Ideologi Bangsa.”
Namun, mencapai konsensus untuk keutuhan bangsa dan negara dengan latar belakang yang beragam tidaklah mudah. Sejarah mencatat bahwa sebelum ada dasar ideologi Pancasila, terdapat Piagam Jakarta yang mencantumkan “Ketuhanan Yang Maha Esa dengan berkewajiban menjalankan syariat Islam dengan keyakinannya masing-masing.” Dari sini, terjadi perdebatan karena beberapa kalangan non-Muslim keberatan jika hal itu tetap dipaksakan, yang berpotensi memicu pemisahan daerah seperti Irian dan NTT yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Baca juga, Nilai-nilai Pancasila dan Kelestarian Budaya
Pada masa itu, Soekarno, Hatta, dan anggota PPKI & BPUPKI lainnya sangat memperhatikan Ki Bagus Hadi Kusuma, seorang kader Persyarikatan Muhammadiyah, untuk mencapai kesepakatan demi keutuhan bangsa dan negara. Dari sejarah, tercatat bahwa beberapa kader Persyarikatan yang terlibat dalam menentukan Pancasila sebagai ideologi bangsa antara lain Soekarno, KH Mas Mansur, Kasman Singodimejo, Ki Bagus Hadikusuma, dan Kahar Muzakir.
Ki Bagus Hadi Kusuma adalah sosok yang taat karena didikan dari orangtuanya yang memiliki hubungan dengan KH Ahmad Dahlan. Beliau juga dikenal cerdas dan memegang nilai-nilai budaya serta gemar dalam dunia sastra, sehingga lebih memilih dipanggil dengan sebutan “Ki” daripada “Kyai Haji,” karena lebih sesuai dengan budaya Jawanya. Beliau juga memiliki ilmu tasawuf yang matang dan sangat teguh dalam pendirian, terutama dalam hal aqidah.
Melalui kesediaannya menerima usulan dari sesama kader Persyarikatan seperti Kasman Singodimejo di Meja, Pancasila akhirnya menjadi dasar ideologi bangsa. Namun, keberadaan BPIP menunjukkan bahwa masih diperlukan peran aktif dalam merawat dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila agar tidak hanya menjadi slogan belaka. Sebagai generasi penerus, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila demi keberlangsungan bangsa dan negara.
*Penasehat PRM Troketon, Anggota Bidang Syiar MPM PDM Klaten, Anggota Majelis MPI & HAM PCM Pedan.
Editor : M Taufiq Ulinuha