Hasil yang Komplit
Oleh : Ikhwanushoffa
PWMJATENG.COM, – “Jangan sentimen, jangan sakit hati kalau menerima celaan dan kritikan. Jangan sombong, jangan berbesar hati kalau menerima pujian.” (KH. Ahmad Dahlan)
Prestasi dan kegagalan pasti dipergilirkan pada tiap individu maupun golongan. Prestasi ketika target yang ditetapkan tercapai atau bahkan terlampaui. Gagal ketika sebaliknya. Karena keduanya dialami semua berarti ada hikmah penting hadir di sana. Konsepnya, kalau sesuatu pasti dialami oleh tiap orang berarti sesuatu itu amat mendasar dan baik adanya.
Dalam hal penghimpunan, berkali kita melampaui target. Dua kali tidak sesuai target namun masih naik dibanding tahun sebelumnya, yakni Penghimpunan Rendangmu 1443 H dan Penghimpunan Ramadan 1444 H. Dan sekali tidak cuma tidak sesuai target namun turun dibandingkan tahun yang lalu, yaitu Rendangmu 1444 H kali ini.
Yang penting adalah bagaimana sikap ketika menghadapi prestasi maupun gagal. Tentunya kondisi apapun Allah Ta’ala tetap terpuji. Selanjutnya, ketika prestasi hadir yang paling penting adalah tidak merasa lebih baik dibandingkan yang lain. Tidak jumawa, dan jadi susah dihubungi. WA lama read dan balasnya. Pintar dan cepat servis yang atas tetapi lelet plus ribet banget melayani yang bawah, dan seterusnya. Prestasi hakikatnya hanya mau-maunya Alllah Ta’ala. Maka wajarnya setelah hamdalah kita baca laa haula walaa quwwata illa billaah. Dirayakan sebentar sekali tidak mengapa sebagai tanda syukur, selanjutnya kerja lagi seperti biasa.
Baca juga, Cerita di Balik ‘Banjir Daging’ Batur Banjarnegara, Bukti Sepak Terjang Muhammadiyah di Pedesaan
Gagal harus ada dalam sandangan hidup. Tidak ada di antara kita yang tak pernah terjatuh dalam seumur hidupnya. Dari harapan yang tak tercapai kita mampu mengukur seberapa iman dan daya tahan asa kita. Perbaikan terus-menerus adalah cara efektif mengantisipasi perilaku putus asa. Perilaku putus asa sering mewujud dalam sikap frustasi, seperti mencemooh nomenklatur ketika belum mampu melakoni. Mengolok-olok SOP atau SIM kala belum bisa membuat. Kadang mewujud ingin mempertahankan status quo alias raja-raja kecil. Susah dikasih masukan. Gusar berganti KAP dalam audit. Biasanya memang ada yang ditutup-tutupi di dalam lingkungnya. Bahkan bergembira ketika saudaranya terlilit dalam masalah. Dan seterusnya.
Kegagalan juga mau-maunya Allah Ta’ala. Walau telah ikhtiar semaksimal mungkin. Maka menjadi wajar tetap tersenyum dan bergembira dalam melanjutkan tugas-tugas. Tidak perlu berputus asa, karena hakikatnya itu juga kebaikan. Kalaupun dianggap musibah jangan buru-buru ucap innalillaah, awali dulu dengan kalimat Alhamdulillaah ‘alaa kulli hal. Ikhtiar adalah ranah manusia, namun hasil tetaplah punya Allah Ta’ala. Wallaahu a’lam.
Editor : M Taufiq Ulinuha