Sinergi Gotong Royong Galang Perlengkapan Muktamar
PWMJATENG.COM, Surakarta – Muktamar ke-48 Muhammadiyah pada 18-20 November 2022 akan berlangsung di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah.
Muktamar mengusung tema Memajukan Indonesia, mencerahkan semesta. Hal itu mampu bangkitkan habituasi gotong royong. Solo dikenal sebagai salah satu daerah penghasil batik terbaik dengan motif yang khas. Kemudian kota asal Presiden Joko Widodo juga kaya akan kuliner.
Jadi ada banyak pilihan wisata dekat sekolah, Masjid al Wustha Pura Mangkunegaran, Pura Mangkunegaran, Monumen Pers, Pasar Legi, Pasar Antik Triwindu, Pasar Klewer dan Stasiun Balapan.
Wakil Kepala Sekolah bidang Humas, SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta Jawa Tengah, Jatmiko mengungkapkan Persyarikatan Muhammadiyah didirikan KH Ahmad Dahlan pada 8 Zulhijah 1330 Hijriah bertepatan dengan 18 November 1912 Miladiyah di Yogyakarta ialah gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid, bersumber pada Al-Qur‘an dan As-sunnah berasas Islam.
“SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta sebagai salah satu amal dari 44 sekolah binaan Majelis Dikdasmen PDM Kota Surakarta siap menjadi salah satu tempat menginap penggembira Muktamar. Daya tampung kurang lebih 300 sampai 500 orang,” ungkap Jatmiko.
Jatmiko menjelaskan sekolah yang berdiri sejak 1935 ini juga siap menjadi ajang silaturahmi dan studi tiru bagi sekolah Muhammadiyah yang lain dan destinasi pendidikan.
Baca juga, IMM Semarang Luncurkan Dokumenter Soroti Isu Lingkungan
“Maka sejak 15 November 2022 anak-anak belajar mandiri di rumah dan anak-anak akan menerima lembar kerja peserta didik (LKPD). Sesuai intruksi Kepala Sekolah Sri Sayekti, Orang tua untuk menyumbangkan satu sarung dan bantal untuk para penggembira muktamar yang akan menginap. Setelah itu bantal akan disumbangkan ke Panti Asuhan baik Muhammadiyah dan Aisyiah,” imbuhnya.
Tri Yuniarti Wali Kelas 5 B menambahkan siswa sudah banyak yang antusias bawa bantal dan pemanfaatan limbah plastik dengan sistem ecobrick. Beberapa hasil karya dari sampah ecobrik di antaranya kursi.
“Siswa dan siswi dilatih agar menjadi duta lingkungan untuk dirinya juga keluarganya dengan memanfaatkan sampah. Proses pembuatan barang kerajinan, awalnya sampah plastik bekas dimasukan ke botol plastik yang diisi padat dengan limbah non biological yang dapat digunakan berbagai keperluan.
Menurut Tri, pesan moral yang ingin disampaikan adalah bahwa masalah sampah merupakan masalah bersama yang menuntut penyelesaian secara berkelanjutan.
“Misinya sendiri kearifan lokal untuk menjadi gaya hidup peduli lingkungan,” kata Guru Penggerak Tri.
Kontributor : Jatmiko.