Lincolin Arsyad: Fungsi Asrama Sangat Strategis Sebagai Tempat Perkaderan
PWMJATENG.COM – Semarang, Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Muhammadiyah, Lincolin Arsyad, menyampaikan, bahwa Majelis Dijtilitbang PP Muhammadiyah akan terus mengawal perkembangan Asrama Mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA). Hal tersebut disampaikan pada sambutannya dalam acara Musyawarah Nasional Asosiasi Pengelola Asrama Mahasiswa (Aslama) PTMA yang diselenggarakan di Hotel Gets, Semarang (22/11).
“Banyak pimpinan PTMA yang terkejut melihat gerak cepat Aslama. Ibarat bayi, baru 2 tahun, seharusnya baru belajar berjalan, tetapi ini malah langsung lari cepat sekali. Mereka yang kaget adalah pimpinan PTM yang tidak “ngeh”, yang kurang gaul, dan belum paham tentang manfaat dan fungsi strategis asrama mahasiswa saat ini,” kata ya.
Mengutip pernyataan Prof. DR. Muhadjir Effendy, beliau menyampaikan bahwa Prof Muhajir pernah merisaukan perihal kaderisasi di Muhammadiyah. Sekarang bisa dilihat, di level nasional, tampak semakin sedikit yang berbaju Muhammadiyah. Dapat dihitung dengan jari. “Apa yang dapat kita lakukan atas kurangnya pemimpin di level nasional ini? Sedangkan kita ingin menjadi pemain, bukan penonton. Kita ingin menjadi panutan, bukan yang manut-manut saja. Sejak berdiri Aslama, saya semakin melihat bagaimana strategisnya fungsi asrama mahasiswa PTMA, apapun namanya, baik itu pesantren mahasiswa, rusunawa, asrama, dormitory, dan sebagainya. Fungsi asrama itu sungguh luar biasa, sangat strategis sebagai tempat perkaderan,” tambahnya.
“Keberadaan Aslama ini tidak boleh dipandang sebelah mata. Aslama telah mengawal terbentuknya Standar Pengelolaan Asrama Mahasiswa PTMA yang berisi standar kurikulum, standar profil lulusan, bahkan model pembinaan juga ada di sana. Sekarang telah terbit profil Asrama PTMA se-Indonesia. Aslama juga mengawal lahirnya Ketentuan Majelis Diktilitbang tentang asrama mahasiswa.
Sayangnya, saya belum sempat menyampaikan secara langsung kepada seluruh ketua PTM tentang pentingnya asrama sebagai fungsi pengkaderan.”
Sewaktu Rakornas Aslama di Kaliurang 2016 lalu, ia pernah mengusulkan bahwa Aslama harus melakukan studi banding ke asrama mahasiswa di luar negeri. Misalnya di IIUM Malaysia atau di NUS Singapore. Hal ini penting dilakukan, karena menurutnya, seeing is believing. Datang sekali dan membuka website seribu kali itu kesan yang didapatkan berbeda. “Kelihatannya program tersebut belum terlaksana pada periode kepengurusan pertama ini, karena beberapa pimpinan menyampaikan bahwa ini terlalu cepat. Semoga pengurus periode masa datang dapat merealisasikannya, makin semangat memajukan asrama ke depannya, sehingga kita PD mengatakan disinilah tempat persemaian pemimpin-pemimpin Indonesia di masa depan,” ujarnya.
Menurutnya, PTM, Aslama, Majelis Diktilitbang, dan mahasiswa adalah 4 pilar yang harus difungsikan dan disinergikan dengan baik. “Last but not least, kalau asrama sudah bagus, asrama bukan hanya menjadi tempat perkaderan, tapi juga merupakan profit center. Itu adalah nilai tambah yang didapatkan.”
“Alumni kita kalau tamat hanya disebut lulusan Unimus, UMY, dll. Ia bukan atau belum disebut sebagai kader, hanya lulusan saja. Ini PR kita bersama. Monggo, Aslama terus kembangkan konten kurikulum yang dapat dikembangkan di asrama sehingga kekhawatiran kita dan Prof Muhajir tidak menjadi kenyataan,” pungkasnya. [nu]