
PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menggelar Seminar Nasional Teknik Sipil ke-XIV dengan gebrakan baru. Seminar ini menyedot perhatian nasional karena membahas strategi efisiensi proyek konstruksi melalui konsep lean construction, termasuk penerapannya di proyek besar seperti Ibu Kota Nusantara (IKN).
Acara yang diselenggarakan Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik UMS pada Selasa (27/5) ini menghadirkan dua pembicara utama, yakni Wahyu Setiawan dari PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk dan Adi Prasetya dari Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga, dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah.
Ketua Panitia, Tsulis Iq’bal Khairul Amar TS, menjelaskan bahwa seminar ini bertujuan membuka ruang pertukaran ide seputar lean construction. “Lean construction berupaya meningkatkan efektivitas proyek agar lebih berkelanjutan di masa depan,” ujarnya pada Senin (2/6).
Menurutnya, peserta berasal dari berbagai daerah, termasuk Lombok, Kalimantan, Sumatra, dan Makassar. Seminar berlangsung secara blended, daring maupun luring, agar menjangkau lebih banyak kalangan. Ia berharap kegiatan ini melahirkan riset aplikatif dan sinergi antara akademisi dan praktisi.
Wakil Rektor II UMS, Muhammad Da’i, turut menekankan pentingnya lean construction bagi pembangunan Indonesia. Ia menilai pendekatan ini dapat mengurangi pemborosan dan menambah nilai proyek. “Indonesia bisa belajar dari pembangunan di Cina yang berbasis teknologi dan efektivitas kerja,” ucapnya.
Ia menegaskan bahwa keberhasilan proyek tidak hanya soal metode, tapi juga integritas dan kompetensi pelaksana. “Kalau amanah tidak diberikan pada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya,” kutip Da’i dari sabda Nabi Muhammad SAW.
Salah satu materi utama disampaikan oleh Wahyu Setiawan, yang mengulas langsung penerapan lean construction dalam proyek pembangunan Istana Negara dan Kantor Presiden di IKN. Ia menjelaskan bahwa proyek tersebut melibatkan perencanaan menyeluruh atas tenaga kerja, dana, material, metode, alat, dan jadwal.
Baca juga, Islam dan Gaya Hidup Minimalis: Meneladani Zuhud di Tengah Konsumerisme
“Semua aspek harus dikelola terpadu agar tak terjadi kegagalan konstruksi,” tegas Wahyu.
Ia memperkenalkan lima prinsip utama lean construction: value, value stream, flow, pull, dan perfection. Prinsip ini dilaksanakan melalui continuous improvement dan dibantu oleh Last Planner System (LPS) untuk mengefisienkan waktu pelaksanaan proyek.
Namun, tantangan tetap ada. Menurut Wahyu, resistensi terhadap perubahan, keterbatasan SDM, dan miskomunikasi antar-stakeholder masih menjadi hambatan. Ia menyerukan komitmen penuh dari semua pihak agar lean construction berjalan optimal.

Sementara itu, Adi Prasetya mewakili AR Hanung Triyono menyampaikan pandangan dari perspektif pemerintah daerah. Ia menuturkan bahwa Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Tengah sudah mulai menerapkan lean construction di proyek-proyek jalan dan jembatan.
Wilayah kerja BBPJN Surakarta mencakup enam kabupaten/kota dengan cakupan 415 km jalan dan lebih dari 3.000 jembatan dan gorong-gorong. “Sebagian besar infrastruktur ini sudah tua dan butuh pendekatan inovatif,” ujarnya.
Meski lean construction telah diterapkan, Adi mengakui bahwa birokrasi kerap menjadi kendala. “Kreativitas sering terbentur regulasi. Inovasi malah dianggap pelanggaran audit,” jelasnya.
Ia juga menyoroti kontraktor lokal yang menawar proyek dengan harga sangat rendah demi bertahan, bahkan hingga 69 persen dari nilai awal. Akibatnya, satu orang terpaksa menangani hingga 12 proyek di tiga kabupaten berbeda. Situasi ini justru menjauhkan praktik dari prinsip lean construction.
Meski menghadapi banyak kendala, BBPJN tetap berkomitmen. Dengan dukungan teknologi, pelatihan, dan dorongan pemerintah daerah, mereka berharap efisiensi pembangunan terus meningkat.
“Lean construction harus jadi jalan menuju lean government,” tegas Adi, menutup paparannya dengan optimisme tinggi.
Kontributor : Yusuf
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha