Sastra

Ziarah ke Masjid Al-Aqsa dan Cita Rasa Palestina

Ziarah ke Masjid Al-Aqsa dan Cita Rasa Palestina

Seri 16: Kepulangan yang Tak Terduga

Oleh : Dwi Taufan Hidayat (Penasehat Takmir Mushala Al-Ikhlas Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang, Sekretaris Korps Alumni PW IPM/IRM Jawa Tengah, & Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas Kabupaten Semarang)

PWMJATENG.COM – Matahari baru saja terbit ketika rombongan bersiap meninggalkan hotel. Suasana pagi di Yerusalem terasa lebih hening dari biasanya, seakan memberi tanda bahwa keputusan mereka untuk pulang lebih awal memang langkah yang tepat.

Farhan berdiri di lobi hotel, memastikan semua anggota tim dan klien siap berangkat. Matanya menyapu setiap wajah yang masih menyimpan berbagai emosi—ada yang lega, ada yang kecewa, dan ada pula yang tampak bimbang.

Di sudut ruangan, Rudi masih berbicara dengan beberapa klien yang merasa perjalanan ini terlalu singkat. “Kami paham, Bapak dan Ibu ingin lebih lama di sini, tapi situasi tidak memungkinkan,” ujar Rudi dengan nada profesional.

Dian, sales yang selama ini selalu berusaha menjaga optimisme, mencoba menghibur dengan cara berbeda. “Jangan khawatir, Bapak Ibu. Kalau nanti situasi lebih stabil, kita bisa buat perjalanan lain yang lebih nyaman.”

Namun, sebelum rombongan benar-benar naik ke bus yang akan membawa mereka ke bandara, seorang klien mendekati Farhan dengan wajah panik.

“Pak Farhan, istri saya sakit sejak tadi malam. Saya khawatir dia tidak bisa ikut perjalanan pulang,” ujar pria paruh baya bernama Pak Rahmat.

Farhan segera meminta tim medis yang disiapkan oleh agen perjalanan mereka untuk memeriksa kondisi istri Pak Rahmat. Setelah pemeriksaan singkat, dokter menyarankan agar pasien tidak melakukan perjalanan jauh dalam kondisi saat ini.

Keputusan sulit harus diambil. “Pak Rahmat, saya bisa mengatur agar Anda dan istri tetap tinggal di sini sampai kondisi membaik,” kata Farhan.

Pak Rahmat tampak bimbang. Di satu sisi, ia ingin pulang bersama rombongan, tetapi di sisi lain, keselamatan istrinya adalah prioritas utama. Setelah berdiskusi singkat dengan istrinya, ia akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal sementara di Yerusalem.

“Baik, Pak Farhan. Tapi bagaimana dengan tiket kami?” tanyanya.

“Kami akan mengurus semuanya,” jawab Farhan tegas. “Saya akan memastikan ada staf yang tetap mendampingi Bapak di sini.”

Masalah satu selesai, tapi perjalanan masih panjang.

Baca juga, Indahnya Berbuka dengan Sederhana dan Penuh Syukur

Di dalam bus menuju bandara, Ika duduk di samping Farhan, suaranya pelan namun penuh arti. “Kau yakin dengan keputusan ini?”

Farhan mengangguk. “Keselamatan lebih penting dari segalanya. Jika ada yang harus berkorban, biarlah itu menjadi bagian dari perjalanan ini.”

Perjalanan menuju bandara berjalan lancar, meskipun ketegangan masih terasa. Setibanya di sana, tim harus berhadapan dengan pemeriksaan ketat. Beberapa klien sempat ditahan lebih lama untuk verifikasi dokumen, yang semakin menambah ketegangan.

Ketika semua hampir selesai, masalah lain muncul—salah satu koper klien dinyatakan mencurigakan oleh petugas keamanan bandara.

“Ada apa ini?” tanya Farhan pada petugas dengan nada setenang mungkin.

“Kami menemukan barang yang tidak terdaftar dalam koper ini. Harap tunggu sementara pemeriksaan lebih lanjut,” jawab petugas.

Situasi semakin menegangkan. Klien yang memiliki koper itu, seorang pria muda bernama Faisal, tampak gelisah. “Saya tidak tahu ada apa di dalamnya, Pak. Saya hanya membawa oleh-oleh biasa.”

Setelah beberapa menit menunggu, petugas akhirnya menunjukkan barang yang menjadi penyebab masalah—sebuah benda logam berbentuk unik yang dianggap mencurigakan.

“Itu hanya souvenir,” ujar Faisal dengan wajah kebingungan.

Petugas akhirnya mengizinkan mereka melanjutkan perjalanan, tetapi insiden ini cukup membuat semua orang merasa semakin tegang.

Ketika akhirnya mereka bisa naik ke pesawat, Farhan merasa lega, tetapi di dalam dirinya, ada perasaan bahwa perjalanan ini masih menyisakan sesuatu yang belum terselesaikan.

Saat pesawat mulai lepas landas, ia menatap ke luar jendela, melihat kota yang baru saja mereka tinggalkan. Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari perjalanan ini, tetapi yang paling penting adalah bagaimana mereka akan melanjutkan langkah ke depan.

Di sampingnya, Ika berbisik, “Ini belum benar-benar selesai, kan?”

Farhan hanya tersenyum tipis. “Belum. Masih ada yang harus kita hadapi setelah kita pulang.”

Bersambung ke seri 17: Cobaan Setelah Kepulangan

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE