Ziarah ke Masjid Al-Aqsa dan Cita Rasa Palestina
Ziarah ke Masjid Al-Aqsa dan Cita Rasa Palestina
Seri 1: Paket Umrah dan Keputusan Bisnis
Oleh : Dwi Taufan Hidayat (Penasehat Takmir Mushala Al-Ikhlas Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang, Sekretaris Korps Alumni PW IPM/IRM Jawa Tengah, & Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas Kabupaten Semarang)
PWMJATENG.COM – Langit sore di Jakarta tampak berpendar keemasan ketika Arif Maulana duduk di ruang kerjanya yang dipenuhi sertifikat penghargaan dan foto-foto perjalanan umrah. Ia bukan hanya seorang pengusaha travel umrah biasa, tetapi juga seorang visioner yang selalu mencari cara baru untuk mengembangkan bisnisnya.
Namun, sore itu, pikirannya tak setenang biasanya. Di hadapannya, seorang pria berkemeja rapi duduk dengan ekspresi serius. Dia adalah Rafi, manajer pemasaran yang selama ini menjadi tangan kanan Arif dalam mengembangkan bisnis umrah mereka.
“Kita harus ambil langkah sekarang, Pak Arif,” ujar Rafi. “Paket wisata Al-Aqsa bukan sekadar tambahan, ini bisa jadi masa depan bisnis kita.”
Arif menghela napas panjang, memutar cangkir kopi di tangannya. “Aku tahu, Rafi. Tapi kamu juga tahu risikonya. Ini bukan sekadar menambah destinasi. Ini tentang keamanan, izin perjalanan, dan yang lebih penting—kepercayaan klien.”
Rafi mengangguk. “Tapi kita juga harus melihat peluang. Banyak jamaah umrah yang ingin sekalian berziarah ke Masjid Al-Aqsa. Kita bisa jadi agen perjalanan pertama di Indonesia yang menawarkan paket ini dengan layanan premium.”
Pembicaraan itu terhenti sejenak ketika pintu diketuk dan seorang pria berusia 40-an masuk. Dia adalah Wahyu, kepala operasional yang dikenal tegas dan detail dalam setiap pengelolaan perjalanan.
Baca juga, BREAKING! Muhammadiyah Terjunkan Tim SAR Medis untuk Tembus Wilayah Terisolir Longsor Petungkriyono
“Ada kabar kurang baik,” katanya seraya menyerahkan sebuah ponsel kepada Arif.
Arif mengambilnya dan membaca pesan yang baru masuk di grup internal mereka. Matanya sedikit menyipit. “Pesaing kita mulai menyebarkan rumor,” gumamnya.
Rafi menyandarkan punggungnya. “Aku sudah menduganya. Mereka bilang perjalanan ke Al-Aqsa tidak aman dan berisiko besar. Mereka ingin menjatuhkan kita sebelum kita memulai.”
Arif tersenyum tipis. “Kalau begitu, kita harus bekerja lebih keras membuktikan bahwa mereka salah.”
Wahyu menatap Arif penuh harap. “Jadi kita lanjut dengan rencana ini?”
Arif menatap ke luar jendela, memandangi langit yang mulai meredup. Ia tahu keputusan ini akan menentukan arah bisnisnya ke depan.
“Tulis proposalnya. Kita jalankan.”
Di luar sana, malam mulai jatuh, tetapi bagi Arif, ini baru permulaan.
Bersambung ke seri 2: Penawaran Paket Wisata Al-Aqsa
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha