Workshop Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi
PWMJATENG.COM, Solo– Dampak pembelajaran berdiferensiasi menjadi topik menarik dalam Workshop “Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi” di Hotel Megaland Lantai 1 Ruang Pasific 1 yang digelar oleh Sekolah Penggerak SD Muhammadiyah 1 Surakarta, Sabtu (7/10/2023).
Kepala Sekolah Penggerak Sri Sayekti MPd menyampaikan, hari ini kita belajar sepanjang hayat dengan menghadirkan narasumber dari Widyaiswara LPPKSPS/BBGP Jawa Tengah.
“Terima kasih Ari Sulistiyowati SPd MPd yang telah berkenan membersamai kita dalam Workshop Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi,” ucapnya.
Sementara itu, Ari Sulistiyowati mengungkapkan, jika setiap peserta didik merasa disambut dengan baik, peserta didik dengan berbagai karakteristik merasa dihargai, merasa aman.
“Ada harapan bagi pertumbuhan; guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, ada keadilan dalam bentuk nyata; guru dan peserta didik berkolaborasi, kebutuhan belajar peserta didik terfasilitasi dan terlayani dengan baik sehingga beberapa dampak tersebut diharapkan akan tercapai hasil belajar yang optimal,” ungkapnya.
Baca juga: Milad ke 59, UMP Gelar Turnamen Tenis Meja Tingkat Nasional
Perempuan asal Gunungkidul, itu membeberkan, meskipun banyak tantangan dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat melakukan hal-hal berikut.
Terus belajar dan berbagi pengalaman dengan teman sejawat lainnya yang mempunyai masalah yang sama (membentuk Learning Community berupa komunitas praktisi). Saling mendukung dan memberi semangat dengan sesama teman sejawat. Menerapkan apa yang sudah diperoleh dan bisa diterapkan meskipun belum maksimal.
“Terus berusaha untuk mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran yang sudah diterapkan,” bebernya.
Koordinator Fasilitator Program Sekolah Penggerak (2021 – sekarang) itu menuturkan bahwa Asesmen di awal pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui kesiapan peserta didik untuk mempelajari materi ajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan.
Asesmen ini termasuk dalam kategori asesmen formatif karena ditujukan untuk kebutuhan guru dalam merancang pembelajaran (pemetaan awal), tidak untuk keperluan penilaian hasil belajar peserta didik yang dilaporkan dalam rapor.
“Asesmen ini dapat berupa kognitif atau non kognitif (minat atau gaya belajar siswa),” tutur, Penerima Penghargaan Satya Lencana Pendidikan dari Presiden RI atas Prestasi Istimewa.
Contoh Diferensiasi Konten berdasarkan Gaya Belajar Peserta Didik. Seorang guru IPA kelas 4 SD sedang mengajarkan mengenai ekosistem, setelah melakukan analisa profil (gaya) belajar dan kebutuhan peserta didik, guru memberikan materi sesuai dengan profil belajar peserta didik: Audio visual : materi melalui video pembelajaran, Kinestetik : mengobservasi lingkungan sekitar, Audio: mendengarkan lagu tentang makhluk hidup.
“Dengan memberikan materi melalui video, observasi lingkungan sekitar dan bernyanyi kebutuhan peserta didik akan visual, kinestetik dan audio terpenuhi,” pungkasnya.
Kontributor: Jatmiko
Editor : M Taufiq Ulinuha