Ust. Pujiono Sampaikan Pesan Subuh: “Awas, Umur Habis di Ujung Jempol”

PWMJATENG.COM, SOLO, 13 November 2025 — Suasana pagi di Hotel Mercure Solo Baru terasa hangat dan penuh makna saat seluruh peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) Pembelajaran Mendalam Koding dan Kecerdasan Artifisial Region Jawa Tengah 3 mengikuti kegiatan Pesan Subuh yang disampaikan oleh Ust. Pujiono, S.Si., M.M., Fasilitator TOT Pembelajaran Mendalam Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah.
Dalam tausiyah bertema “Awas, Umur Habis di Ujung Jempol — Waktu Hilang di Ujung Jempol”, Ust. Pujiono — yang juga anggota Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah — mengingatkan peserta akan bahaya tersembunyi dari penggunaan media sosial yang berlebihan.
“Coba kita hitung, berapa jam waktu kita habis hanya untuk scrolling media sosial setiap hari? Kadang kita bilang sebentar saja, tapi tiba-tiba satu jam berlalu tanpa terasa. Inilah pencuri waktu modern yang sering kita abaikan,” ujarnya mengawali pesan subuh.
Ust. Pujiono kemudian mengutip firman Allah dalam Surat Al-‘Ashr (1–3) sebagai peringatan penting tentang nilai waktu:
وَالْعَصْرِ، إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ، إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh.”
Menurutnya, setiap detik kehidupan adalah amanah yang harus dijaga.
“Media sosial bisa menjadi ladang pahala bila digunakan untuk dakwah, menebar inspirasi, atau menambah ilmu. Tapi juga bisa menjadi ladang dosa bila waktu dihabiskan untuk hal yang sia-sia,” jelasnya.
Ia menambahkan sabda Rasulullah ﷺ:
“Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalamnya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Dalam pesan yang penuh renungan itu, Ust. Pujiono mengutip nasihat ulama besar Hasan Basri:
“Wahai manusia, sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari. Bila satu hari berlalu, maka hilanglah sebagian dari dirimu.”
“Waktu adalah kehidupan itu sendiri. Setiap hari yang berlalu tanpa amal kebaikan berarti berkurangnya bagian dari hidup yang tak bisa digantikan,” ujarnya penuh makna.
Ia menegaskan bahwa orang yang beruntung adalah mereka yang mampu memanfaatkan waktu untuk investasi akhirat.
“Profesi guru itu mulia. Setiap ilmu yang ditanam akan menjadi amal jariyah yang tak pernah putus. Mari kita jalani profesi ini dengan niat ibadah dan penuh rasa syukur,” pesan Ust. Pujiono.
Pesan subuh tersebut menjadi penyeimbang spiritual di tengah pelatihan berbasis teknologi yang diikuti para pendidik Muhammadiyah. Di era digital yang serba cepat, Ust. Pujiono mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara kecerdasan digital dan kecerdasan spiritual.
“Teknologi boleh canggih, tapi jangan sampai waktu dan hidup kita habis di ujung jempol. Gunakan teknologi untuk amal, bukan untuk lalai,” pungkasnya.
Editor: Al-Afasy



