Editorial

Urgensi Literasi Keuangan bagi Milenial: Membangun Masa Depan yang Lebih Stabil

PWMJATENG.COM – Di era modern yang semakin kompleks, literasi keuangan menjadi kebutuhan yang mendesak bagi generasi milenial. Generasi ini, yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996, menghadapi berbagai tantangan keuangan yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mulai dari utang pendidikan, tekanan sosial untuk menjalani gaya hidup tertentu, hingga ketidakpastian ekonomi global, semua ini menuntut kemampuan yang lebih baik dalam mengelola keuangan.

Tantangan Keuangan yang Dihadapi Milenial

Generasi milenial menghadapi sejumlah tantangan keuangan yang signifikan. Salah satu tantangan utama adalah beban utang pendidikan yang tinggi. Menurut laporan dari Institute for College Access & Success (TICAS), rata-rata utang pinjaman mahasiswa di Amerika Serikat mencapai lebih dari $30.000 pada tahun 2019. Sementara itu, di Indonesia, meskipun utang pendidikan tidak seberat di negara-negara Barat, banyak milenial yang terjebak dalam utang kartu kredit atau cicilan konsumtif lainnya.

Selain itu, milenial juga berada di bawah tekanan sosial yang kuat untuk mengikuti gaya hidup tertentu yang sering kali tidak sejalan dengan kemampuan keuangan mereka. Media sosial memainkan peran besar dalam menciptakan ekspektasi sosial ini, di mana banyak milenial merasa perlu untuk memiliki barang-barang mewah atau menjalani gaya hidup yang glamor demi eksistensi sosial. Fenomena ini sering kali menyebabkan kebiasaan konsumsi berlebihan dan kurangnya tabungan untuk masa depan.

Ketidakpastian ekonomi global, termasuk krisis ekonomi yang berulang, inflasi, dan pasar kerja yang fluktuatif, juga menambah tantangan bagi milenial. Di tengah ketidakpastian ini, kemampuan untuk mengelola keuangan dengan bijak menjadi semakin penting.

Urgensi Literasi Keuangan bagi Milenial

Literasi keuangan, yang mencakup pemahaman tentang konsep dasar keuangan seperti pengelolaan anggaran, investasi, utang, dan perencanaan keuangan, menjadi kunci untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Literasi keuangan memberikan alat bagi milenial untuk membuat keputusan keuangan yang lebih bijak, menghindari utang yang tidak perlu, dan merencanakan masa depan yang lebih stabil.

Baca juga, Hikmah dan Asal Mula Penamaan Bulan Safar Menurut Ustaz Adi Hidayat

Menurut survei yang dilakukan oleh Standard & Poor’s Global Financial Literacy Survey, hanya 33% orang dewasa di seluruh dunia yang dianggap melek keuangan. Di Indonesia, tingkat literasi keuangan pun masih relatif rendah, meskipun ada peningkatan dari tahun ke tahun. Kurangnya literasi keuangan dapat menyebabkan keputusan keuangan yang buruk, yang pada akhirnya berdampak pada stabilitas keuangan jangka panjang.

Teori dan Pendapat Ahli tentang Literasi Keuangan

Beberapa ahli menekankan pentingnya literasi keuangan dalam membangun stabilitas ekonomi individu dan masyarakat. Menurut teori Behavioral Economics yang dikembangkan oleh Richard Thaler, perilaku keuangan manusia sering kali dipengaruhi oleh bias kognitif dan emosional. Thaler berpendapat bahwa pendidikan keuangan yang tepat dapat membantu individu mengatasi bias-bias ini dan membuat keputusan yang lebih rasional.

Dalam bukunya “Your Money or Your Life” (1992), Vicki Robin dan Joe Dominguez menekankan pentingnya kesadaran finansial dalam menciptakan kehidupan yang lebih bermakna dan bebas dari tekanan keuangan. Mereka berargumen bahwa literasi keuangan bukan hanya tentang memahami angka-angka, tetapi juga tentang memahami nilai dari uang itu sendiri dan bagaimana uang dapat digunakan untuk mencapai tujuan hidup yang lebih besar.

Selain itu, teori Lifecycle Hypothesis yang dikemukakan oleh Franco Modigliani menyatakan bahwa individu seharusnya mengatur konsumsi dan tabungan mereka sepanjang hidup berdasarkan harapan pendapatan masa depan. Literasi keuangan membantu milenial untuk merencanakan keuangan mereka dengan lebih baik, sehingga dapat menghindari krisis keuangan di masa depan.

Strategi Meningkatkan Literasi Keuangan bagi Milenial

Untuk meningkatkan literasi keuangan di kalangan milenial, diperlukan berbagai pendekatan yang melibatkan edukasi, teknologi, dan kebijakan publik. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan:

  1. Edukasi Keuangan di Sekolah dan Kampus: Pengenalan literasi keuangan sejak dini, baik di sekolah menengah maupun di perguruan tinggi, sangat penting. Kurikulum yang mencakup dasar-dasar keuangan, seperti pengelolaan anggaran, investasi, dan perencanaan pensiun, dapat membantu milenial mempersiapkan diri lebih baik dalam menghadapi tantangan keuangan.
  2. Penggunaan Aplikasi Keuangan: Teknologi digital dapat menjadi alat yang efektif dalam meningkatkan literasi keuangan. Aplikasi pengelolaan keuangan seperti Dompetku, Jenius, dan Bareksa menawarkan fitur-fitur yang memudahkan milenial untuk melacak pengeluaran, mengelola tabungan, dan berinvestasi dengan lebih mudah.
  3. Kampanye Sosial dan Konten Edukasi di Media Sosial: Mengingat besarnya pengaruh media sosial terhadap milenial, kampanye edukasi keuangan yang menarik dan relevan di platform ini dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan keuangan. Influencer keuangan dan edukator dapat berperan penting dalam menyebarkan informasi yang benar dan membangun literasi keuangan.
  4. Program Pelatihan dan Workshop Keuangan: Organisasi nirlaba, lembaga pemerintah, dan perusahaan keuangan dapat menyelenggarakan program pelatihan dan workshop tentang literasi keuangan. Program ini dapat mencakup topik-topik seperti investasi, manajemen utang, dan perencanaan keuangan jangka panjang.

Literasi keuangan merupakan kebutuhan mendesak bagi milenial di tengah tantangan keuangan yang semakin kompleks. Dengan pemahaman yang baik tentang konsep dasar keuangan, milenial dapat membuat keputusan yang lebih bijak, menghindari utang yang tidak perlu, dan merencanakan masa depan yang lebih stabil. Melalui edukasi, teknologi, dan kebijakan yang tepat, literasi keuangan dapat ditingkatkan di kalangan milenial, sehingga mereka dapat menghadapi masa depan dengan lebih percaya diri dan siap menghadapi berbagai tantangan ekonomi.

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE