
PWMJATENG.COM, Semarang – Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) meluncurkan Hutan Wakaf Pendidikan sebagai wujud nyata pelestarian lingkungan berbasis wakaf. Peresmian berlangsung di Kampus Unimus pada Senin (1/9/2025), melalui kerja sama dengan Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah serta Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN).
Acara tersebut dihadiri Ketua PP Muhammadiyah M. Busyro Muqoddas, Ketua LHKP PP Muhammadiyah Ridho Al-Hamdi, Dewan Pakar Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah Syafii Latuconsina, perwakilan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Tengah dan pimpinan cabang Muhammadiyah dari Belik, Pemalang, serta Kalibawang. Turut hadir Badan Pembina Harian Unimus, Rektor Unimus Masrukhi, jajaran wakil rektor, para dekan, dosen, hingga civitas akademika.
Hutan Wakaf Pendidikan berdiri di atas lahan seluas sekitar 3.000 meter persegi di lingkungan kampus. Kawasan ini akan dikembangkan menjadi ruang hijau produktif sekaligus laboratorium hidup yang menghadirkan model pengelolaan hutan berbasis nilai Islam, pemberdayaan komunitas, dan keberlanjutan lingkungan.
Rektor Unimus, Masrukhi, menegaskan bahwa peluncuran ini merefleksikan komitmen Muhammadiyah dalam merestorasi alam dan mengelola tanah wakaf secara produktif.

“Kami ingin mengimplementasikan semangat menghijaukan lahan kosong, terutama tanah wakaf Muhammadiyah, agar tidak terbengkalai. Dengan inisiatif hutan wakaf ini, kami berharap dapat melestarikan alam Indonesia. Hari ini langkah awal itu kami tandai dengan penanaman bibit pohon bersama di Kampus Unimus,” ucap Masrukhi.
Apresiasi juga datang dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang diwakili Mahfud Munajad, menyebut program ini sebagai terobosan penting.
Baca juga, Jejak Jenderal Sudirman dan Spirit Islam Berkemajuan Muhammadiyah
“Model hutan wakaf ini bukan hanya solusi spiritual, tetapi juga langkah strategis untuk rehabilitasi hutan di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Kami siap berkolaborasi dengan Muhammadiyah dan Unimus untuk penyediaan bibit serta pemberdayaan masyarakat sekitar hutan,” jelas Mahfud.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua PP Muhammadiyah M. Busyro Muqoddas menekankan pentingnya sinergi lintas sektor untuk menciptakan keadilan ekologi.
“Peluncuran Hutan Wakaf Pendidikan ini adalah simbol konkret Muhammadiyah dalam menciptakan lingkungan yang sehat, sejahtera, dan bermanfaat bagi masyarakat. Melalui kolaborasi etis dan edukatif dengan berbagai pihak, Muhammadiyah hadir untuk memberikan solusi atas problem kehutanan di Indonesia,” ujar Busyro.
Rangkaian acara diawali dengan pemaparan site plan Hutan Wakaf Pendidikan, penanaman pohon secara simbolis, serta talkshow tematik bersama tokoh Muhammadiyah, akademisi, dan aktivis lingkungan. Diskusi membahas isu strategis, mulai dari keadilan pengelolaan sumber daya alam hingga kebijakan kehutanan berbasis hak milik.
Selain itu, ditandatangani pula kerja sama antara Unimus, LATIN, dan LHKP. Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unimus menandatangani Memorandum of Understanding (MoU), disusul perjanjian kerja sama antara Program Studi Agribisnis dengan LATIN dan LHKP.
Peluncuran ini dipandang sebagai langkah awal pembentukan komunitas epistemik Muhammadiyah dalam isu kehutanan sosial dan ekologi berkeadilan. Dalam jangka panjang, Hutan Wakaf Pendidikan Unimus diharapkan menjadi role model nasional sekaligus pusat inovasi konservasi berbasis wakaf. Program ini menggerakkan kolaborasi antara akademisi, aktivis, lembaga keagamaan, pemerintah, dan masyarakat luas.
Kontributor : Novi
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha