UMS Lanjutkan Program Peningkatan Kapasitas dengan Pelatihan Alat Bantu Produksi bagi Pengrajin Batik Difabel

PWMJATENG.COM, SURAKARTA – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) bersama Perkumpulan Penyandang Disabilitas Klaten (PPDK) melanjutkan program pemberdayaan pengrajin batik difabel melalui Workshop Pemanfaatan Alat Bantu Pendukung Produksi, yang digelar pada Sabtu (22/11) di Kantor PPDK Klaten. Kegiatan ini menjadi rangkaian lanjutan dari program peningkatan kapasitas yang sebelumnya telah dilaksanakan.
Program ini merupakan bagian dari kerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dalam skema Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat berjudul “Penerapan Instalasi Alat Bantu Ramah Disabilitas Sebagai Sarana Meningkatkan Produktivitas Pengrajin Difabel untuk Mendukung Produk Unggulan Batik Shibori dan Batik Ciprat yang Ramah Lingkungan.”
Ketua tim pengabdian, Dyah Widi Astuti, S.T., M.Sc., menjelaskan bahwa workshop kali ini merupakan tindak lanjut dari pelatihan sebelumnya.
“Jika workshop sebelumnya membekali pengrajin dengan keterampilan memperkenalkan produk, maka kegiatan kali ini dirancang untuk meningkatkan efisiensi produksi melalui teknologi tepat guna yang mudah dioperasikan oleh penyandang disabilitas,” ungkapnya, Senin (24/11).
Dalam sesi teknis, narasumber dari Teknik Industri UMS, Dr. Indah Pratiwi, S.T., M.T., memaparkan dua inovasi utama yang dirancang khusus mendukung proses produksi batik:
- Alat Lorod, yang membantu proses penghilangan malam secara lebih cepat dan aman.
- Alat Jemur berbasis katrol, yang memudahkan pengrajin menaikkan dan menurunkan kain tanpa membutuhkan banyak tenaga fisik, sehingga ramah bagi pengguna dengan mobilitas terbatas.
Indah turut menjelaskan prinsip kerja, aspek keselamatan, serta manfaat ergonomi yang menjadi landasan pengembangan kedua alat tersebut.
“Kami ingin menghadirkan alat yang bukan hanya canggih, tetapi juga benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengrajin di lapangan. Fokusnya adalah keamanan, efisiensi, dan kemudahan operasional bagi penyandang disabilitas,” ujarnya.
Para pengrajin difabel diberi kesempatan mencoba kedua alat secara langsung dengan pendampingan tim teknis. Proses uji coba dilakukan dengan metode step-by-step untuk memastikan peserta memahami fungsi dan alur kerja alat secara menyeluruh.
Respon peserta sangat positif. Selain mempercepat proses kerja, kedua alat memungkinkan pengrajin mengurangi beban fisik dan risiko kecelakaan, terutama pada proses penjemuran dan pelorodan kain.
Pada sesi evaluasi, peserta memberikan beberapa masukan konstruktif, antara lain:
- Perlunya peningkatan stabilitas rak jemur ketika hanya sedikit kain yang digantung.
- Pembersihan rutin alat lorod agar tidak tersumbat oleh sisa malam.
Masukan tersebut akan menjadi bahan penyempurnaan bagi tim Pengabdian Masyarakat UMS agar alat yang dikembangkan benar-benar optimal dan berkelanjutan.
Melalui rangkaian kegiatan ini, Dyah Widi Astuti menegaskan komitmen UMS dan PPDK Klaten dalam mendukung kemandirian ekonomi pengrajin difabel melalui teknologi inklusif.
“Kami memastikan bahwa setiap kegiatan tidak berhenti pada pelatihan saja, tetapi berlanjut pada pendampingan dan penyempurnaan alat agar benar-benar bermanfaat bagi para pengrajin,” tandasnya.
Program ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas produksi batik lokal sekaligus membuka peluang ekonomi yang lebih luas bagi pengrajin difabel di Klaten.
Kontributor: (Adi/Humas)
Editor: Al-Afasy



