AUMBerita

UMS Kembali Jadi Magnet Gerakan Intelektual Muda Muhammadiyah, JIMM Solo Raya Bedah Tafsir At-Tanwir

PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menjadi episentrum lahirnya gagasan-gagasan tajdid Muhammadiyah. Melalui forum Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) Solo Raya, semangat pembaruan Islam dibumikan lewat kajian tafsir bertajuk “Rancang Bangun Tafsir At-Tanwir: Pandangan Orang Dalam” yang digelar di Ruang Siti Baroroh, Perpustakaan UMS.

Acara tersebut menghadirkan penyusun Tafsir At-Tanwir dari Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ali Muhtadin, yang memaparkan secara mendalam refleksi dan landasan epistemologis lahirnya karya tafsir khas Muhammadiyah itu.

Dalam sambutannya, presidium JIMM Nasional, Yusuf Yanuri, menegaskan bahwa UMS merupakan rumah besar bagi tumbuhnya gerakan intelektual muda Muhammadiyah. “JIMM dikenal sebagai gerakan kaum intelektual kampus. Banyak pendirinya merupakan lulusan luar negeri, seperti Adam Wibowo yang menempuh studi di Prancis dan Muhsin Abdurrahman yang belajar di Amerika Serikat,” ungkapnya, Senin (28/10).

Yusuf menambahkan, semangat para pendiri JIMM perlu diwariskan kepada mahasiswa agar mereka mampu memanfaatkan setiap peluang untuk berkembang dan berkontribusi pada gerakan dakwah intelektual Muhammadiyah.

Baca juga, Aplikasi Al-Qur’an Muhammadiyah (Qur’anMu)

Sementara itu, Ali Muhtadin dalam pemaparannya menjelaskan bahwa penyusunan Tafsir At-Tanwir bukan sekadar proyek ilmiah yang bersifat tekstual, melainkan gerakan ideologis dan epistemologis Muhammadiyah untuk menghadirkan tafsir sesuai semangat tajdid atau pembaruan Islam.

“At-Tanwir lahir dari kebutuhan mendesak akan tafsir yang tidak hanya bersumber dari turats (warisan klasik), tetapi juga mampu menjawab tantangan sosial kontemporer,” jelas Ali. Ia menegaskan, At-Tanwir disusun melalui kerja kolektif yang memadukan pendekatan tematik, kontekstual, dan ideologis.

Menurutnya, tafsir ini bukan sekadar menjelaskan makna ayat, melainkan juga menuntun arah gerakan sosial umat. “Kami ingin tafsir menjadi panduan gerak perubahan, bukan hanya produk akademik yang berhenti di ruang kuliah,” katanya.

Dalam pembahasan epistemologisnya, Ali menyoroti tiga pilar utama yang menjadi fondasi At-Tanwir. Pertama, basis ideologis, yakni Islam berkemajuan sebagai ruh pemikiran Muhammadiyah. Kedua, basis metodologis, menggunakan pendekatan tematik (maudhu’i) dan integratif yang mengaitkan teks Al-Qur’an dengan konteks sosial modern. Ketiga, basis praksis, yaitu orientasi tafsir yang mendorong aksi sosial dan perubahan nyata di masyarakat.

Ali juga menyinggung dinamika internal dalam proses penyusunan tafsir ini. Ia menyebut, diskusi dan dialektika di antara para penyusun menjadi bagian dari semangat keterbukaan ilmiah. “At-Tanwir bukan kitab tafsir yang selesai, tapi terus hidup dan berkembang mengikuti zaman serta pemikiran umat,” ujarnya.

Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE