UMS Dorong Diversifikasi Produk Apem dan Pemenuhan Gizi Lewat Inovasi Apem Mokaf di Kelurahan Sewu, Surakarta

PWMJATENG.COM, SURAKARTA — Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mendorong diversifikasi pangan lokal melalui inovasi Apem Mokaf dalam program pengabdian masyarakat di Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres. Upaya ini dilakukan untuk memperkuat ketahanan pangan, mendukung pemenuhan gizi keluarga, serta menambah alternatif pangan darurat berbasis komoditas lokal.
Kegiatan tersebut dipimpin oleh tim akademisi UMS: Siti Azizah Susilawati, M.P., Ph.D.; Ika Candra Sayekti, S.Pd., M.Pd.; dan Ir. Muh. Alfatih Hendrawan, S.T., M.T., bersama 20 mahasiswa anggota BEM universitas maupun fakultas. Para akademisi ini telah lama fokus pada riset inovasi pangan lokal.
Dalam pelatihan, tim UMS mengenalkan Apem Mokaf, yaitu produk pangan tradisional yang dimodifikasi menggunakan tepung mocaf sebagai pengganti tepung terigu.
“Mocaf dipilih karena lebih tinggi serat, lebih terjangkau, dan mendukung pengembangan komoditas singkong lokal yang banyak ditemukan di Jawa Tengah,” ujar Ika pada Sabtu (15/11).
Inovasi tersebut membuat apem yang biasa dikonsumsi warga Sewu memiliki nilai gizi lebih baik, aman diolah, serta memiliki daya simpan lebih panjang. Produk ini dinilai cocok sebagai pangan darurat saat bencana maupun menu sehat keluarga sehari-hari.
Pelatihan diikuti warga UMKM Sewu Rasa dan pemuda Karang Taruna. Peserta memperoleh pemahaman tentang kandungan gizi, sanitasi produksi, teknik pengolahan aman, hingga cara menjaga kualitas produk agar lebih tahan lama.
Peserta juga mempraktikkan secara langsung proses pengadonan, fermentasi, pemanggangan berbasis gas, serta teknik pengemasan higienis. Tim UMS turut memperkenalkan varian Apem Mokaf dengan penambahan kelor untuk meningkatkan kandungan gizi.
Di luar teknik pengolahan pangan, tim UMS memperkenalkan konsep kemasan tradisi-modern bertema “Apem Sewu” yang mengangkat identitas budaya lokal Kelurahan Sewu. Penguatan identitas produk diharapkan mampu menaikkan nilai jual dan memperluas pasar.
“Warga dilatih memanfaatkan platform marketplace digital agar UMKM bisa memperluas akses pemasaran. Langkah ini bertujuan membangun kemandirian ekonomi dan memperkuat usaha berbasis pangan lokal,” jelas Ika.
Menurutnya, Apem Mokaf berpotensi menjadi solusi berkelanjutan untuk pencegahan stunting karena bahan bakunya mudah diperoleh, murah, dan bernutrisi.
Program ini digelar pada Minggu (9/11) sebagai bagian dari Dikti Saintek Berdampak 2025, didukung oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Dukungan ini diberikan untuk memperkuat riset terapan yang memberi manfaat langsung bagi masyarakat.
UMS berharap program ini dapat menjadi model pengabdian yang bisa diterapkan di berbagai daerah melalui kolaborasi perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat untuk menghadirkan inovasi pangan lokal yang adaptif, sehat, dan bernilai ekonomi.
Editor: Al-Afasy



