PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) bersama Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Colomadu menghadirkan program inovatif untuk menjawab masalah sampah rumah tangga. Kolaborasi ini diwujudkan melalui gerakan “Sampah Jadi Berkah” yang mengusung konsep reduksi sampah, pemberdayaan ekonomi, sekaligus edukasi lingkungan.
Gerakan tersebut melibatkan dosen lintas disiplin dan mahasiswa UMS. Tim ini diketuai Yulia Maftuhah Hidayati dengan anggota Muhammad Noor Kholid, Ratnasari Diah Utami, Ika Candra Sayekti, serta Anatri Desstya. Mereka sepakat menghadirkan pendekatan baru dalam memandang sampah, bukan lagi sekadar limbah, melainkan peluang untuk hidup lebih sehat dan mandiri.
“Kolaborasi ini diinisiasi dari keresahan terhadap menumpuknya sampah plastik dan organik yang kerap menimbulkan persoalan lingkungan,” kata Yulia saat ditemui Kamis (21/8).
Ia menambahkan, program tersebut diharapkan mampu memberikan dampak nyata. “Kami ingin lingkungan menjadi lebih bersih, biaya rumah tangga bisa ditekan, dan ibu-ibu mendapat tambahan penghasilan,” ujarnya.
Selain manfaat ekonomi, Yulia menekankan lahirnya solidaritas baru di masyarakat. “Gerakan ini menumbuhkan rasa kebersamaan dan kepedulian antarwarga,” tambahnya.
Ratnasari Diah Utami menjelaskan, keberlanjutan program menjadi perhatian utama. Menurutnya, kegiatan tidak berhenti pada edukasi dasar. “Kami menyiapkan workshop pembuatan kompos dengan metode ember tumpuk serta pelatihan administrasi bank sampah. Jadi, warga tidak hanya membuang sampah, tetapi juga mengelola hingga bermanfaat,” paparnya.
Baca juga, HUT ke-80 Jawa Tengah: Pemprov Gandeng Muhammadiyah, Teken Kerja Sama Strategis
Program ini juga dirancang untuk memperkuat perekonomian keluarga. Sampah organik yang diolah menjadi kompos bisa dipakai untuk tanaman sayuran rumah tangga, sementara sampah plastik yang dikumpulkan ditabung melalui bank sampah. Hasilnya bisa menambah pemasukan warga.
Senada dengan itu, Ika Candra Sayekti menegaskan peran perempuan sebagai motor utama. “Kami ingin ibu-ibu menjadi teladan. Mereka bisa mengajarkan anak-anak sejak dini menjaga bumi dari rumah, misalnya dengan membawa botol minum sendiri, menggunakan tas kain, dan membantu memilah sampah,” terangnya.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, Indonesia menghasilkan lebih dari 60 juta ton sampah per tahun. Mayoritas berasal dari rumah tangga. Fakta ini memperlihatkan pentingnya langkah kecil di tingkat lokal, sebagaimana dilakukan PCA Colomadu bersama UMS.
Ika menyebut, kerja sama ini membuktikan peran perguruan tinggi dalam pemberdayaan masyarakat. “Dengan sinergi antara kepedulian lingkungan, kreativitas, dan semangat pemberdayaan, sampah tidak lagi menjadi masalah. Justru ia bisa menjadi peluang dengan manfaat sosial, ekonomi, dan keberlanjutan bagi generasi mendatang,” ujarnya.
Dalam pendampingan, ibu-ibu PCA Colomadu diperkenalkan pada cara memilah sampah organik dan anorganik, juga pemanfaatannya melalui bank sampah. “Awalnya kami belajar membedakan mana sampah organik dan mana yang anorganik,” ungkap salah satu anggota PCA Colomadu.
Kontributor : Yusuf
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha
