PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), bekerja sama dengan Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM), menyelenggarakan pelatihan pengolahan ikan nila untuk memperkuat ekonomi lokal dan mencegah stunting di Desa Mulur, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo. Program bertema “Inovasi UMKM melalui Potensi Lokal Wisata Desa Waduk Mulur untuk Pemberdayaan dan Pencegahan Stunting” ini diharapkan menjadi solusi efektif bagi masalah gizi dan ekonomi masyarakat setempat.
Pelatihan yang dihadiri oleh 14 peserta dari PKK dan karang taruna desa ini dimulai pada Senin, 28 Oktober, dan dipimpin oleh Kuswaji Dwi Priyono, dosen Fakultas Geografi UMS. Kuswaji menjelaskan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari serangkaian program yang akan mencakup sosialisasi, diskusi kelompok terfokus, pendampingan, hingga monitoring dan evaluasi.
“Pelatihan ini merupakan langkah awal dalam memberdayakan ekonomi lokal dan mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam pencegahan stunting dengan memanfaatkan sumber daya lokal seperti ikan nila,” ungkap Kuswaji.
Pelatihan ini juga menghadirkan Dwi Linna Suswardany, dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UMS dan Ketua Pusat Studi Penyakit Kronis UMS, yang memberikan pemahaman mengenai stunting dan pentingnya gizi seimbang. Linna menekankan bahwa protein dari ikan bisa menjadi solusi efektif untuk menekan angka stunting.
“Keterlibatan seluruh elemen masyarakat, khususnya perempuan dan pemuda, sangat penting dalam mengatasi masalah stunting ini. Dengan mengonsumsi ikan secara rutin, kita tidak hanya memberi nutrisi yang baik, tetapi juga mendukung ekonomi desa,” jelas Linna.
Baca juga, Pengembangan dan Manajemen Persyarikatan untuk Mewujudkan Muhammadiyah Unggul Berkemajuan yang Maju, Profesional, dan Modern (MPM)
Selain aspek kesehatan, program ini juga melibatkan BUMDes Mulur dalam mengembangkan potensi pemasaran dan jaringan usaha bagi produk olahan ikan. Direktur BUMDes Mulur, Adi Prihananto, menyatakan kesiapannya untuk mendampingi para peserta dalam berbagai aspek, termasuk permodalan dan legalitas usaha.
“Kami optimis, dengan pendampingan yang berkelanjutan, usaha olahan ikan ini akan berkembang menjadi bisnis yang kuat dan mandiri. BUMDes siap memberikan dukungan penuh agar UMKM ini berkelanjutan dan tidak hanya berjalan sesaat,” ujar Adi.
Kepala Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Mulur, Sukirso, juga turut memberikan dukungannya terhadap inisiatif ini. Menurutnya, keberadaan UMKM berbasis ikan nila ini dapat mengangkat ekonomi desa sekaligus menjadi media edukasi tentang pentingnya pencegahan stunting.
Pelatihan ini disusun dengan metode interaktif yang meliputi ceramah, diskusi, dan presentasi kelompok. Peserta terlihat antusias, terutama ketika mendiskusikan harapan dan tujuan mereka untuk UMKM olahan ikan ini dalam jangka panjang.
Dyah, salah satu peserta dari kelompok PKK, menyampaikan bahwa kelompoknya berharap dapat berperan aktif dalam edukasi stunting di desa mereka. “Kami ingin menjadi bagian dari UMKM yang tidak hanya mengolah ikan nila, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gizi untuk pencegahan stunting,” ujar Dyah.
Sementara itu, Sri dan kelompoknya memiliki impian agar produk UMKM mereka dapat menembus pasar internasional dalam beberapa tahun ke depan. “Kami berharap anak-anak di desa dan seluruh Indonesia semakin gemar makan ikan. Produk olahan kami semoga bisa masuk ke pasar global,” katanya penuh semangat.
Sinergi yang terjalin antara UMS, pemerintah desa, dan masyarakat Desa Mulur melalui pelatihan ini menggambarkan potensi solusi inovatif bagi masalah kesehatan dan ekonomi di desa. Dengan dukungan penuh dari Dirjen Dikti, BUMDes, dan BPD, Desa Mulur kini melihat peluang besar untuk mengembangkan UMKM yang mampu meningkatkan kesejahteraan warga dan sekaligus menurunkan angka stunting.
Kontributor : Maysali
Editor : M Taufiq Ulinuha