Merebaknya pandemi Covid-19 telah melumpuhkan berbagai sektor dalam masyarakat. Pemutusan hubungan kerja (PHK), karyawan dirumahkan, pemotongan gaji, banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar yang membuat masyarakat menjadi resah dan kesulitan mengelola keuangan keluarga.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Univeristas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Dr. Naelati Tubastuvi, S.E., M.Si. mengatakan pengelolaan keuangan di Masa Pandemi diperlukan protokol keuangan yang baik.
Menurutnya setiap individu harus melakukan financial planning yaitu proses mencari tujuan hidup melalui manajemen kuangan secara terencana.
Pengelolaan arus kas keuangan bisa menggunakan prosentase masing masing pos pengeluaran, misalnya cicilan utang maksimum 30%, zakat 2,5%, investasi 20%-30%, pengeluaran rutin 20-40% dan life style maksimum 20% dari pemasukan.
“Di masa pandemi, kita tidak perlu jadi ahli keuangan, cukup pandai mengatur diri sendiri dalam menggunakan uang. Atur rumah tangga kita. Meskipun kita tidak bisa atur bahan makanan, tapi kita bisa atur menu di meja makan kita. Kita tidak bisa atur biaya sekolah dan kuliah, namun kita bisa siapkan dana pendidikan anak sejak dini. BBM dan tarif listik juga tidak bisa diatur, tetapi kita bisa atur pemakaian listrik dan kendaraan,” katanya di Purwokerto, Kamis (16/9/2021).
Lebih lanjut Naela mengatakan, ditahun 2020 dan 2021 ini merupakan tahun yang istimewa karena terdapat krisis pandemi Covid-19 yang terasa berat. “Maka dari itu, untuk menghadapi Covid-19, jika ada protokol kesehatan seperti memakai masker, cuci tangan, jaga jarak dan mengurangi mobilitas. Maka perlu dibutuhkan protokol keuangan. Diantaranya yakni, memiliki dana darurat, atur pengeluaran dengan membuat anggaran pengeluaran, berbagi kepada sesama, dan hindari utang – jual,” jelasnya.
Dalam pengelolaan keuangan ada dua pilihan, yakni dengan menambah pendapatan, atau kurangi pengeluaran.”Di masa pandemi, mari kita belajar untuk mencukupkan diri dengan mencukupkan makan, istirahat, mengurangi chatting medsos, nonton Tv atau film, dan mengurangi belanja tidak penting. Yang harus diperbanyak atau dilebihkan diantaranya ibadah dan do’a, menebar kasih sayang atau cinta, berbagi kebaikan, bersukur, bersabar, belajar dan terus berkreasi” pungkasnya. (tgr)