Tanggung Jawab Kita pada Para Pendiri Bangsa
Tanggung Jawab Kita pada Para Pendiri Bangsa
Oleh : Rumini Zulfikar (Gus Zul) (Penasehat PRM Troketon, Anggota Bidang Syiar MPM PDM Klaten, Anggota Majelis MPI & HAM PCM Pedan)
PWMJATENG.COM – Kemerdekaan memiliki makna yang sangat luas, tetapi tidak dapat dipisahkan dari kekuasaan Tuhan yang terhubung dengan akal dan budaya manusia. Jika kita membaca berbagai literatur, setiap generasi memiliki perannya masing-masing, mulai dari generasi pendobrak (awal), generasi pembangun, hingga generasi yang diharapkan tidak menjadi perusak nilai-nilai luhur.
Kemenangan akan tercapai bagi mereka yang sungguh-sungguh berusaha mengerjakan kebajikan yang didasari cinta, kepedulian, dan keadilan. Ini akan membawa kita pada kemerdekaan, menuju kemakmuran dan kebahagiaan. Hal ini dijelaskan dalam surat Al-Fath:
اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًا
(Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata)
Memahami Kemerdekaan dalam Sejarah
Ayat pertama dalam surat Al-Fath memberikan kabar kepada umat manusia bahwa kemenangan adalah hasil dari perjuangan manusia, yang tidak dapat dipisahkan dari takdir dan campur tangan Tuhan. Jika kita menelisik makna kemerdekaan, yang juga dapat disebut sebagai kemenangan, istiqlal, freedom, atau independence, semua istilah tersebut bermuara pada pemenang dan kebebasan.
Sejarah perjalanan kemerdekaan bangsa ini sangat panjang dan penuh liku, dimulai dari zaman kerajaan Majapahit dengan tokoh legendaris, Mahapatih Gajah Mada, dan “Sumpah Palapa” yang memiliki arti penting sebagai syarat sahnya suatu bangsa. Bangsa Indonesia atau Nusantara dikenal sebagai negeri kepulauan, dari ujung barat hingga timur, dengan wilayah laut yang lebih luas dibandingkan daratannya.
Anugerah Kemerdekaan
Kemerdekaan adalah anugerah dari Allah yang tidak dapat dipisahkan dari rahmat-Nya. Sebagai umat yang berketuhanan, kita wajib mensyukurinya, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat, bangsa, dan negara. Kita harus menjadi insan yang menjalankan nilai-nilai ketuhanan dengan sebaik-baiknya.
Baca juga, Kewajiban Berbuat Baik pada Orang Lain, Termasuk Non-Muslim
Menghargai dan menjaga nilai-nilai yang diwariskan oleh para pendiri bangsa adalah bagian dari upaya menghormati jerih payah para pejuang kemerdekaan. Nasionalisme yang kuat dan kokoh, serta semangat patriotisme, menjadi kunci dalam mewujudkan cita-cita kedaulatan bangsa. Banyak tokoh Islam, termasuk dari kalangan Muhammadiyah, yang berperan besar dalam memerdekakan Indonesia. Sebagai bentuk penghormatan, kita harus memanusiakan para pahlawan kemerdekaan dengan sikap adab yang tinggi.
Persatuan yang Dilandasi Satu Bangsa
Kesatuan bangsa Indonesia tidak boleh terkoyak oleh perbedaan ras, suku, agama, atau budaya. Sebaliknya, keberagaman ini justru memperkaya khazanah bangsa dan negara. Kita dipersatukan oleh ikatan sebagai satu bangsa, yaitu Indonesia.
Menyelaraskan Nilai-Nilai Dasar Negara
Untuk mencapai cita-cita bangsa yang agung, kita harus selalu berpegang pada nilai-nilai dasar negara, yaitu UUD 1945 dan Pancasila, sebagai dasar dan falsafah bangsa. Hal ini penting agar langkah kita tidak menyimpang dari arah yang benar.
Keadilan Menuju Kemakmuran dan Kesejahteraan Semesta
Amanat UUD 1945 dan Pancasila menyatakan bahwa alam dan sumber daya alam yang ada di daratan dan lautan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Sinergi antara pemerintah, pengusaha, dan rakyat dalam pengelolaan sumber daya alam sangat penting, dan harus dilakukan untuk kepentingan bangsa dan negara, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Meskipun Indonesia kaya akan sumber daya alam, pengelolaannya belum maksimal untuk kesejahteraan masyarakat, baik dalam bidang sosial, budaya, pendidikan, maupun politik. Oleh karena itu, kita harus membangun karakter bangsa dengan mengedepankan tiga nilai utama: ilmu (ad udwah), mental petarung (yuhnub), dan keberanian (taafur).
Editor : M Taufiq Ulinuha