Khazanah Islam

Tak Ada Amalan Khusus Malam 1 Suro, Bergembiralah Sewajarnya!

PWMJATENG.COM –  Malam 1 Suro, yang dalam kalender Hijriyah jatuh pada bulan Muharam, sering kali dianggap sebagai malam yang memiliki kekhususan dalam tradisi masyarakat Jawa. Banyak mitos dan kepercayaan berkembang, termasuk berbagai ritual dan larangan. Namun, dari perspektif Islam, tidak ada amalan khusus yang dianjurkan untuk dilakukan pada malam 1 Suro.

Malam 1 Suro dalam Islam

Dalam ajaran Islam, bulan Muharam memang memiliki keistimewaan. Muharam adalah salah satu dari empat bulan yang dimuliakan Allah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.” (QS. At-Taubah: 36).

Namun, tidak ada dalil yang menyebutkan adanya amalan khusus yang harus dilakukan pada malam 1 Suro. Umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah pada bulan Muharam secara umum, seperti puasa Asyura pada tanggal 10 Muharam, yang memiliki keutamaan besar sebagaimana dijelaskan dalam hadis:

“Puasa pada hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar bisa menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim).

Mitos dan Kepercayaan dalam Masyarakat

Masyarakat Jawa, khususnya yang masih memegang tradisi Kejawen, memiliki berbagai ritual dan pantangan pada malam 1 Suro. Beberapa di antaranya adalah tidak boleh mengadakan pesta pernikahan, tidak boleh keluar rumah pada malam itu, serta melakukan berbagai ritual seperti kungkum (berendam) di sungai atau laut. Kepercayaan ini lebih bersifat budaya dan tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam.

Sikap Islam terhadap Tradisi dan Mitos

Islam mengajarkan untuk menjauhi segala bentuk khurafat dan kepercayaan yang tidak memiliki dasar dari Al-Qur’an dan Sunnah. Rasulullah Saw. bersabda:

“Barangsiapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini sesuatu yang bukan darinya, maka ia tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, umat Islam hendaknya menghindari kepercayaan dan praktik-praktik yang tidak memiliki landasan syar’i. Adapun mengenai tradisi budaya yang tidak bertentangan dengan syariat, Islam tidak melarangnya selama tidak mengandung unsur syirik atau kebatilan.

Bergembira Sewajarnya

Islam mengajarkan untuk selalu bersikap moderat dalam segala hal, termasuk dalam menyikapi tradisi dan perayaan. Bergembira dan merayakan malam 1 Suro atau tahun baru Islam dengan cara-cara yang tidak berlebihan dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam adalah sikap yang bijak. Mengadakan doa bersama, berbagi dengan sesama, atau memperbanyak ibadah adalah cara yang baik untuk menyambut bulan Muharam.

Menjaga Aqidah dan Akhlak

Yang terpenting adalah menjaga aqidah dan akhlak dalam setiap perbuatan. Umat Islam hendaknya memperkuat keyakinan dengan terus belajar dan memahami ajaran agama yang benar. Rasulullah Saw. mengajarkan untuk selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah:

“Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. Malik).

Dengan memahami ajaran Islam yang benar, umat Islam dapat terhindar dari kepercayaan dan praktik-praktik yang tidak sesuai dengan syariat.

Pun apabila terdapat perbedaan penentuan 1 Muharram, seperti tahun ini, perlu disikapi dengan bijak dan dewasa. Bagi warga masyarakat yang hari ini telah melakukan pawai, namun ingin mengikuti keputusan 1 Muharram yang jatuh Senin, 8 Juli 2024, tidak masalah jikalau ingin melanjutkan, daripada dua kali menggelar pawai, akan menghabiskan banyak biaya.

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE