Tahun Baru Islam Jadi Momentum Hijrah: Ketua LPCR PM PP Muhammadiyah Ajak Umat Tingkatkan Kualitas Hidup

PWMJATENG.COM, Surakarta – Tahun Baru Islam bukan sekadar pergantian kalender hijriah. Lebih dari itu, ia merupakan momen reflektif yang sarat makna spiritual dan sosial. Hal ini disampaikan Ketua Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid Pimpinan Pusat Muhammadiyah (LPCR PM PP Muhammadiyah), Jamaludin Ahmad, dalam pengajian Hari Bermuhammadiyah di Gedung Dakwah Balai Muhammadiyah Keprabon, Solo, Ahad (29/6/2025).
Di hadapan ribuan jamaah dari berbagai cabang, ranting, ortom, serta warga Muhammadiyah se-Surakarta, Jamaludin mengajak seluruh umat Islam, khususnya warga persyarikatan, untuk memaknai Tahun Baru Islam 1447 Hijriah sebagai momen hijrah menuju kehidupan yang lebih berkualitas dan berkemajuan.
Dalam tausiyahnya, Jamaludin menegaskan bahwa hijrah bukan semata berpindah secara fisik, tetapi berpindah dari kondisi yang tidak baik menuju kondisi yang lebih baik. “Karena hijrah adalah berubah. Berubah meninggalkan hal yang tidak baik atau tidak berkualitas menuju hal yang berkualitas dan lebih maju,” ujarnya di hadapan para jamaah.
Ia menjelaskan bahwa ajaran hijrah sejatinya bersifat transformasional dan menyeluruh. Dalam konteks ini, Tahun Baru Islam harus menjadi titik tolak untuk meninggalkan kebiasaan lama yang tidak produktif, menuju sikap hidup yang lebih visioner dan berdampak positif.
Untuk menjadikan hijrah sebagai gerakan perubahan yang nyata, Jamaludin memaparkan enam langkah konkret yang dapat dilakukan oleh umat. Pertama, memperkuat iman kepada Allah SWT. “Iman yang kuat adalah modal utama dalam menghadapi dinamika kehidupan,” terangnya.
Langkah kedua adalah memperbanyak rasa syukur. Dalam Islam, syukur bukan hanya ucapan, melainkan implementasi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Jamaludin menyebutkan bahwa salah satu bentuk syukur adalah menggunakan nikmat Allah untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat.
Baca juga, Ilmu, Iman, dan Peradaban: Meneladani Tafsir Al-Qalam dalam Membangun Masyarakat yang Beradab
Ketiga, meningkatkan intensitas ibadah kepada Allah SWT, terutama dalam menjaga salat berjamaah di masjid. Ia menegaskan pentingnya memakmurkan masjid sebagai pusat peradaban umat. “Saya mengajak seluruh masjid dan musala Muhammadiyah di Surakarta untuk mewujudkan masjid makmur dan memakmurkan,” ungkapnya. Ia juga mengingatkan pentingnya peran para pimpinan dan pengurus masjid menjadi pelopor dalam gerakan salat berjamaah.
Keempat, memperbanyak dan meningkatkan kualitas amal saleh. Menurutnya, amal saleh warga Muhammadiyah dapat diwujudkan dalam bentuk karya nyata yang memberi manfaat luas bagi masyarakat. “Bermuhammadiyah dan ber-Islam itu selalu berupaya memberikan yang terbaik untuk umat,” ujarnya.

Langkah kelima, memperbaiki kualitas kehidupan keluarga. Keluarga yang bahagia, sabar, dan penuh syukur menjadi fondasi penting dalam membentuk masyarakat yang sejahtera. Jamaludin menyebutkan bahwa keberhasilan dakwah dan kemajuan umat tidak lepas dari ketangguhan keluarga yang dibangun di atas nilai-nilai Islam.
Terakhir, menjadikan dunia sebagai bekal menuju akhirat. “Kalau hal yang pertama hingga kelima lebih banyak mengarah ke dunia. Keenam ini adalah kita memanfaatkan dunia untuk menjadikan modal utama sukses dunia dan sukses akhirat,” tegasnya. Ia menekankan pentingnya keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi, sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Qashash ayat 77:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia…”
Dalam penutup tausiyahnya, Jamaludin kembali menggarisbawahi peran strategis masjid sebagai pusat pergerakan umat. Ia menyatakan bahwa masjid harus menjadi titik awal kebangkitan umat dalam menghadapi berbagai persoalan sosial dan spiritual. “Apa pun masalahnya, masjid solusinya. Dari masjid kita bangkit,” pungkasnya.
Seruan tersebut mendapat sambutan hangat dari para jamaah. Antusiasme tampak dari ribuan warga Muhammadiyah yang hadir memenuhi Gedung Dakwah. Semangat hijrah yang digaungkan diharapkan mampu menginspirasi perubahan, tidak hanya dalam lingkup personal, tetapi juga sosial, menuju kehidupan yang lebih islami, berdaya saing, dan berkemajuan.
Momentum Tahun Baru Islam ini, menurut Jamaludin, bukan sekadar seremoni. Ia adalah panggilan untuk perubahan. Hijrah hari ini bukan lagi soal Madinah dan Mekkah, tetapi tentang bagaimana setiap individu dan komunitas berpindah dari ketertinggalan menuju peradaban. Sebuah seruan yang relevan di tengah tantangan zaman dan krisis nilai yang melanda umat.
Kontributor : Aryanto
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha