Tafsir : Jika Memungkinkan, Jin dan Setan Kita Layani
PWMJATENG.COM, KENDAL – Muhammadiyah sebagai representasi dari Islam harus menampilkan jiwa sebagai al’alamiin, untuk pendidik seluruh alam. Muhamamdiyah hadir untuk menjadi guru semua alam, bukan hanya untuk komunitas tertentu. Dikatakan Islam, jika mampu melayani semua, dan alam tidak lebih dari sekedar manusia, sehingga seluruh makhluk di luar Allah adalah a’alamiin,dan jika memungkinkan rumah sakit Islam ini tidak hanya melayani manusia, setan dan jin pun dilayani. Jadi kalau ada kodok datang dalam keadaan pingsan di rumah sakit Islam ini kita layani, karena kodok bagian dari alam ini.
Demikian pendapat ketua PWM Jateng, KH. Tafsir yang disampaikan dalam acara sillaturrahmi stakeholder dan soft opening Instalasi Gawat darurat (IGD) RSI Muhammadiyah Kendal Selasa (1/10).
Dihadapan kepala Dinas Kesehatan Kab.Kendal, Ferinando Rad Bonnay, jajaran pimpinan RSI dan Muhammadiya Kendal beliau mengatakan, Muhammadiyah dalam pemanfaatan pelayanan menggunakan Al qur’an Surat Asy syuara ayat 77 ‘ Sesungguhnya mereka (apa yang kami sembah) itu musuhku, lain halnya Tuhan seluruh alam’.
Beliau menjelaskan Allah dalam ayat tersebut menggunakan ‘rabbal ‘alaamiin’, Tuhan untuk semua, bukan hanyaTuhan untuk muslim.
“Kita ingat di dalam Islam Allah itu punya posisi khaliq, pencipta, ilahun, sesembahan dan rabba. Rabba menghasilkan kata tarbiyah, pendidikan, pengasuh. Dalam wilayah rabbal, Allah ikut campur dan terlibat dalam proses kehidupan” katanya.
“Dalam kontek rumah sakit, Allah terlibat dalam proses kesembuhan seseorang melalui tenaga medis” ujar Tafsir dengan menyitir Al Qur’an Surat Asy syuaraa ayat 80, ‘Wa idza maridhtufahuwa yasyfiin’, dan apabila aku sakit. Dialah yang menyembuhkan aku’.
“Kalau begitu, enak jadi dokter, Tuhan yang menyembuhkan, dokter yang terima duit” selorohnya disambut gerr yang hadir.
“Allah tidak butuh uang. Tapi jangan lupa, sebagian dari uang yang diterima para medis diserahkan di jalan Allah melalui zakat, infaq dan shadaqah”
Menurut Tafsir, rumah sakit sebagai wasilah untuk menggaet kesembuhan Allah. Kesembuhan tidak ditunggu, tapi dicari, dan kesembuhan yang datangnya dari Allah, tetapi tidak mungkin Dia datang dan masuk ruang IGD.
“Tetapi Allah mengkhalifahkan kepada para dokter, yaitu ilmu menyembuhkan melalui fakultas kedokteran sebagai ilmunya Allah. Jadi tidak ada ilmu sekuler. Semua ilmu dari Allah, dan ilmu kedokteran suci, datangnya dari Allah sebagai sarana menyembuhkan orang sakit” urainya.
Kepada para dokter, Tafsir mengingatkan bahwa sebenarnya mereka adalah wakil Allah dalam rangka menyembuhkan penyakit.
“Oleh karena itu dalam bekerja harus ada kata atas nama Allah, bismillahirrahmanirrahiim. Ketika bekerja sudah atas nama Allah maka tidak boleh menyimpang dari rel-rel Allah”
Beliau berharap kepada seluruh jajaran stakeholder RSI Muhammadiyah Kendal untuk menerapkan pekerjaannya atas nama Allah.
Menyinggung tentang civil sosiaty terkait pembangunan RSI Muhammadiyah, Tafsir mengatakan, pada awalnya beliau yakin pembangunan gedung RSI merambah dari bawah, berbasis pada infaq
“Namun dalam perkembangannya bergeser menjadi pembangunan berbasis bank” ujarnya.
“Kita bukan pemilik modal, bank, tetapi civil sociaty, maka berjalan dari bawah. Tidak ada di Muhammadiyah rumah sakit langsung jadi besar. Tetapi melalui proses panjang dan tidak langsung rumah sakit, tetapi dimulai dari klinik, balai pengobatan, kemudan naik kelas menjadi rumah sakit”
Dikatakan juga, Muhammadiyah dalam mendirikan AUM tidak pernah tidak selesai. Meskipun lambat tapi pasti berdiri dan selesai.
“Bagi Muhammadiyah mendirikan AUM adalah jihad nyata, dan tidak ada Ormas lain seperti Muhammadiyah yang membangun berbagai macam AUM hanya dengan satu badan hukum. Semua ormas pada bingung, termasuk pemerintah, betapa uniknya Muhammadiyah. Di beberapa daerah terdapat AUM, tetapi setelah berdiri dan maju daerah Muhammadiyah itu bukan sebagai pemilik. Pemilik seluruh AUM adalah Pimpinan Pusat” tegasnya.
Terkait dengan metode penyembuhan penyakit, Tafsir menyampaikan, Muhammadiyah dalam mendirikan rumah sakit sebagai ikhtiar menyehatkan masyarakat tidak meniru kelompok salaf.
“Kaum salafi untuk menyembuhkan penyakit metodenya bekam. Muhammadiyah tidak salaf, tetapi khalaf dengan mendirikan rumah sakit”
Di bagian akhir beliau menyampaikan, bahwa kedatangan demo IMM di seluruh kantor kepolisian, termasuk Polda seluruh Indonesia untuk menyampaikan aspirasi tanpa kekerasan.
“Demo dalam damai. Mengekspresikan pendapat tidak ada yang bisa melawan di manapun, tetapi tidak boleh anarkis, polisi jangan represif, dan jaga keseimbangan, sehingga Muhammadiyah selalu tampil dengan santun non konfrontatif, karena mengacu pada sumber filosufinya Allah sebagai rabbal ‘alamiin” pungkasnya. (Fur/MPI Kendal)