Syiar Digital Muhammadiyah: UMS Dorong Dakwah Kreatif dan Ramah di Media Sosial

PWMJATENG.COM, SURAKARTA – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) memperkuat perannya dalam syiar digital dengan menghadirkan narasumber pada Ngaji Syiar Digital Berkemajuan #3 yang diselenggarakan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Webinar bertema “Merancang dan Mengevaluasi Konten Media Sosial untuk Meroketkan Engagement” ini diikuti ratusan peserta melalui Zoom Meeting.
Webinar menghadirkan dua narasumber, yaitu Razuli, S.Sos., Pengelola Media Sosial UMS, serta Dr. Fajar Junaedi, S.Sos., M.Si., dari Pimpinan Pusat Syiar Digital Muhammadiyah. Keduanya membahas strategi merancang konten dakwah yang kreatif dan tetap mencerminkan nilai Islam Berkemajuan.
Razuli menjelaskan bahwa strategi komunikasi digital yang efektif harus berdiri di atas tiga faktor utama: organisasi, nilai, dan audiens. Menurutnya, lembaga seperti Muhammadiyah memiliki identitas kuat yang harus tercermin dalam setiap konten.
“Media sosial bukan sekadar soal visual menarik. Kita membawa nilai dakwah dan kemaslahatan. Value itulah yang membedakan kita,” ujarnya.

Dalam paparannya, Razuli menekankan pentingnya identitas lembaga, nilai Kemuhammadiyahan, dan pemetaan audiens. Pendekatan lembaga berbasis dakwah, seperti UMS, menurutnya berbeda dengan perguruan tinggi umum sehingga gaya komunikasi perlu menyesuaikan karakter institusi.
“Muhammadiyah harus hadir di ruang digital dengan narasi ramah, kreatif, dan berkemajuan. Jangan sampai tertinggal dari arus informasi,” imbuhnya.
Meski sekitar 50,2 persen penduduk Indonesia menggunakan media sosial, tidak semuanya menjadi audiens organisasi. Karena itu diperlukan segmentasi yang jelas, mulai dari Gen Z hingga generasi boomer, sesuai preferensi konten masing-masing kelompok.
Riset internal UMS menunjukkan mayoritas audiens berada pada kelompok Gen Z. Hal ini mendorong tim media UMS memproduksi konten yang interaktif dan menghibur, seperti meme, komedi dakwah, polling, kuis, dan sesi tanya jawab.
Beberapa temuan yang dibagikan antara lain:
- Gen Z menyukai konten cepat, interaktif, dan humoris.
- Millennial cenderung memilih konten inspiratif dan estetik.
- Gen X mengutamakan keaslian dan manfaat praktis.
- Boomer membutuhkan informasi yang ringkas dan langsung pada inti.
Razuli mencontohkan konten komedi dakwah dan template meme ucapan yang terbukti menghasilkan engagement lebih tinggi dibanding unggahan formal.
“Audiens terutama mahasiswa sering menganggap akun resmi sebagai ‘teman’. Mereka bahkan mengirim pesan pribadi untuk curhat, dan ketika kita merespons, kedekatan itu meningkat,” tuturnya.
Selain membahas tren audiens, Razuli juga menekankan pentingnya evaluasi konten melalui metrik seperti jangkauan, jumlah share, komentar, dan sentimen. Analisis ini membantu menentukan faktor yang membuat suatu konten efektif.
Pada sesi demonstrasi, ia menampilkan contoh konten UMS yang berhasil, seperti carousel meme ucapan, video edukatif-inspiratif, dan konten berbasis momentum (moment marketing), termasuk peringatan hari besar atau event kampus.

Narasumber kedua, Dr. Fajar Junaedi, menegaskan pentingnya adaptasi dalam syiar digital. Menurutnya, perubahan perilaku warganet menuntut pendekatan dakwah yang lebih kreatif, profesional, dan relevan.
Webinar berlangsung interaktif melalui sesi tanya jawab dan pembahasan studi kasus pengelolaan media sosial lembaga Muhammadiyah di berbagai daerah. Peserta juga mendapatkan panduan evaluasi engagement dan teknik storytelling yang selaras dengan misi dakwah Persyarikatan.
Konntributor: Fika/Humas
Editor: Al-Afasy



