
PWMJATENG.COM, Surakarta – Alumni Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Pabelan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar program inspiratif bertajuk Pabelan Inspiring, Sabtu (19/7/2025). Acara perdana ini digelar secara daring melalui aplikasi Zoom dan menghadirkan Agung Setyawan, alumni LPM Pabelan 2004–2006 yang kini sukses berkiprah sebagai desainer layout media luar negeri.
Pabelan Inspiring diselenggarakan untuk menjadi ruang silaturahmi sekaligus wahana berbagi inspirasi antargenerasi alumni. Program ini dipandu oleh Agus Yuliawan dan disiarkan pula melalui kanal TVMu Jogja.
“Kami ingin menjadikan Pabelan Inspiring sebagai ruang interaksi, mediasi, sekaligus ajang berbagi inspirasi dari alumni untuk generasi selanjutnya,” ujar Agus Yuliawan, inisiator program sekaligus alumni LPM Pabelan akhir 1990-an.
Agus menambahkan, sejak berdiri tahun 1977, LPM Pabelan telah melahirkan banyak alumni yang kini berkiprah di berbagai bidang. Tidak hanya di dunia jurnalistik, namun juga sebagai akademisi, politisi, pelaku usaha, pegiat NGO, hingga profesional kelas dunia.
Dalam sesi berbagi pengalamannya, Agung Setyawan menceritakan perjalanan kariernya sejak aktif di LPM Pabelan hingga menjadi desainer layout lepas (freelance) yang bekerja untuk klien luar negeri.
“Saat di Pabelan, saya lebih fokus belajar di bagian layout. Saya juga sempat mengikuti pelatihan desain kerja sama Pabelan dengan salah satu bank nasional,” kenang Agung yang lulus dari Teknik Industri UMS tahun 2010.
Setelah menyelesaikan kuliah, Agung sempat bekerja di media lokal seperti Solopos dan Joglosemar. Namun, titik baliknya terjadi pada 2020, saat ia memutuskan menjadi pekerja lepas di komunitas desain internasional.
Baca juga, Panglima Tinggi Dzulfikar: KOKAM Adalah Perisai Ideologi dan Moral Bangsa
“Saya mulai bergabung di komunitas pada Maret 2020. Tapi baru dapat proyek pertama bulan September 2020. Itu dari Amerika Serikat,” kata pria asal Sragen itu.
Menurut Agung, mendapatkan proyek luar negeri bukan perkara mudah. Selain karena persaingan yang ketat, ia juga harus bersaing dengan desainer dari India, Pakistan, dan negara lain.

“Yang penting punya portofolio kuat, masuk komunitas freelance, dan aktif belajar. Kompetisi di luar sangat tinggi,” ungkapnya.
Selama lima tahun berkecimpung di dunia freelance internasional, Agung telah menyelesaikan lebih dari 500 proyek. Mayoritas berasal dari Amerika, namun juga ada dari Jerman dan Prancis.
“Total proyek dari Amerika sudah 514. Dari Eropa juga ada beberapa, seperti Jerman dan Prancis,” ujarnya bangga.
Terkait honorarium, Agung menyebutkan nominalnya sangat bervariasi. “Pernah dibayar lima dolar. Tapi pernah juga jauh lebih tinggi,” ujarnya tanpa menyebut angka pasti.
Saat ini, Agung memiliki klien tetap dari Michigan, AS. Ia mengerjakan proyek bulanan dari The Chronicle News. Meski tanpa kontrak resmi, ia harus siap bekerja kapan saja.
“Kerja tanpa kontrak bikin saya harus siap 24 jam. Tapi itu tak jadi masalah karena dulu di Pabelan juga terbiasa kerja malam,” ungkap ayah dua anak ini.
Baginya, pengalaman di LPM Pabelan sangat berharga. Ia terbiasa menghadapi tenggat waktu yang ketat, ritme kerja cepat, dan kolaborasi tim yang dinamis.
“Pabelan mengajarkan saya ritme kerja yang fleksibel dan tahan banting. Itu sangat membantu dalam menghadapi proyek-proyek global,” tutup Agung Setyawan.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha