SUAMI ALA UMAR BIN KHATTAB, MENUJU MAHLIGAI KELUARGA SAKINAH
Oleh Mindah Rahayuningsih (PCA Purwodadi, Purworejo)
SEJENAK mari kita tengok kisah yang diriwayatkan Hasyiyah al Bujarimi untuk Al Minhaj. Dikisahkan ada seseorang datang kepada Umar Bin Khattab ra. Ingin mengadukan akhlak istrinya. Orang itu berhenti di depan pintu rumah Umar. Dia menunggu di depan pintu karena mendengar istri Umar mengeluarkan kalimat yang keras, tetapi Umar diam saja tidak menjawab. Orang itu pergi tidak jadi melaporkan istrinya. Namun, Umar pun memanggilnya. Lalu orang itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, aku ingin mengadukan akhlak istriku padamu. Ternyata aku mendengar istrimu pun melakukan hal yang sama. Maka aku pun pulang dan berkata jika keadaan Amirul Mukminin saja begini apalagi saya”. Selanjutnya Umar berkata, “Sesungguhnya aku sabar kepada istriku karena ia mempunyai hak terhadapku. Karena ia pemasak makananku, pemanggang rotiku, penyuci pakaianku, penyusu anakku. Padahal hal itu bukanlah kewajibannya. Dan hatiku tenang karenanya, tidak tergoda oleh yang haram, karenanya aku sabar menghadapinya”.
Marilah kita salami kisah ini untuk menemukan mutiaranya. Umar Bin Khattab dikenal sebagai sahabat nabi yang keras, tegas dan ditakuti bukan ?. namun, kelembutan dan kesabaran terhadap istrinya begitu mengagumkan. Bahkan saat istrinya menaikkan intonasi suaranya. Ia memilih cara jitu yaitu diam.
Ternyata Umar mengajari para suami tentang cara efektif menahan lisan terhadap istri yang sedang marah, tidak menyiram minyak pada api yang sedang berkobar. Saat menyebutkan jasa istrinya, Umar menyebutkan ia pemasak makananku, pemanggang rotiku, penyuci pakaianku, penyusu anakku dan hatiku tenang karenanya tidak tergoda oleh yang haram. Begitu menghargainya Umar terhadap istrinya, menghargai pekerjaan istri yang hanya di dapur (memasak), sumur(penyuci pakaian) dan kasur (kesenangan).
Sekarang kita tengok, adakah suami seperti Umar Bin Khattab ? Pasti Ada. Mari kita ambil dari kisah tersebut. Umar yang kuat, keras, pemberani tapi begitu lembut hatinya terhadap istri. Masihkah kita sebagai istri akan marah-marah jika suami kita ala Umar ? alangkah tidak bijaknya. Ini sebagai salah satu menuju mahligai keluarga yang sakinah.
Introsopeksi pada diri saya, semoga menjadi lebih baik, semoga bermanfaat. (Ed.Akhmad-Purworejo)