BeritaPWM Jateng

Sofyan Anif: Enam Indikator Spiritual Leadership untuk Memajukan Organisasi

PWMJATENG.COM, Semarang – Bendahara Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Sofyan Anif, yang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, menyampaikan materi terkait konsep kepemimpinan spiritual dalam pengajian yang diadakan oleh PP Muhammadiyah, Jumat (13/9/24). Dalam pemaparannya, Sofyan Anif menguraikan bagaimana pemimpin dapat melayani dan memajukan organisasi dengan pendekatan kepemimpinan spiritual.

Spiritual Leadership: Konsep Dasar

Sofyan Anif menjelaskan bahwa spiritual leadership atau kepemimpinan spiritual merupakan sebuah konsep yang menggabungkan dimensi keduniaan dan spiritual dalam mencapai tujuan organisasi. “Kepemimpinan spiritual adalah pendekatan yang seimbang antara dimensi duniawi dan spiritual yang diinternalisasikan dalam nilai-nilai kepemimpinan,” ujar Sofyan.

Ia menambahkan bahwa kepemimpinan spiritual melibatkan proses menginspirasi, mempengaruhi, dan menggerakkan melalui nilai-nilai ketenangan, pelayanan, kasih sayang, serta implementasi sifat-sifat Tuhan dalam budaya, perilaku, dan tujuan organisasi.

Sofyan juga menyebutkan bahwa konsep ini dijabarkan secara lebih mendalam dalam buku manajemen pendidikan yang ia tulis, di mana ia menjelaskan bahwa spiritual leadership tidak hanya berfokus pada tujuan material, tetapi juga memprioritaskan nilai-nilai spiritual dalam setiap langkah kepemimpinan.

Baca juga, IMM Jateng Mencari Pemimpin yang Bersih, Berintegritas, dan Berorientasi pada Perkaderan, Mampukah?

Menurut Sofyan Anif, terdapat enam indikator utama dalam konsep kepemimpinan spiritual yang dapat menjadi panduan bagi seorang pemimpin untuk mencapai keseimbangan antara kepentingan duniawi dan spiritual:

  1. Kejujuran Sejati
    Pemimpin harus mampu menerapkan kejujuran dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil. “Kejujuran sejati adalah fondasi dari kepemimpinan spiritual. Tanpa kejujuran, sulit bagi seorang pemimpin untuk mendapatkan kepercayaan dari orang-orang yang dipimpinnya,” kata Sofyan.
  2. Dinamis dan Progresif
    Kepemimpinan yang dinamis bukan hanya sekadar mengikuti arus perkembangan, tetapi juga bersifat progresif. “Pemimpin spiritual harus mampu melakukan lompatan-lompatan untuk mencapai kemajuan yang lebih cepat,” ungkap Sofyan. Dalam hal ini, pemimpin dituntut untuk terus berkembang dan tidak stagnan.
  3. Motivator dan Inspirator
    Seorang pemimpin spiritual tidak hanya memotivasi diri sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. “Memotivasi orang lain dan menjadi inspirator adalah tugas penting seorang pemimpin. Ini bukan hal yang mudah, tetapi sangat diperlukan untuk menciptakan suasana kerja yang produktif dan harmonis,” tambahnya.
  4. Pemimpin yang Dicintai
    Indikator keempat adalah kemampuan pemimpin untuk dicintai oleh orang-orang yang dipimpinnya. “Pemimpin yang dicintai adalah pemimpin yang selalu mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadinya,” kata Sofyan. Pemimpin harus memberikan kasih sayang kepada bawahannya dan memprioritaskan kesejahteraan mereka.
  5. Terbuka terhadap Perubahan
    Sofyan Anif menekankan pentingnya keterbukaan seorang pemimpin terhadap kritik dan saran. “Pemimpin yang terbuka terhadap perubahan adalah pemimpin yang mampu menerima kritik dengan lapang dada dan menjadikannya sebagai masukan yang konstruktif,” jelasnya. Kritik yang bersifat konstruktif diperlukan untuk memastikan organisasi terus berkembang dan bergerak ke arah yang lebih baik.
  6. Memiliki Ketuguhan
    Indikator terakhir dari kepemimpinan spiritual adalah ketergantungan kepada Tuhan dalam setiap langkah yang diambil. “Pemimpin yang spiritual harus selalu mengingat nilai-nilai ketuhanan dalam setiap tindakan dan keputusan,” ujar Sofyan. Dalam budaya Jawa, prinsip ini sering diidentikkan dengan filosofi “Tut Wuri Handayani,” di mana pemimpin memberikan teladan dan dorongan dari belakang, namun tetap memegang kendali.
Membangun Budaya yang Mendukung Kemajuan

Sofyan Anif menyimpulkan bahwa tugas utama dari seorang pemimpin adalah mengembangkan budaya organisasi yang mendukung kemajuan dan perbaikan secara terus-menerus. “Kepemimpinan spiritual tidak hanya sekadar mencapai tujuan organisasi, tetapi juga membawa perbaikan dalam pelayanan, menciptakan perubahan yang dinamis, progresif, dan inspiratif,” tegasnya.

Sofyan menambahkan bahwa pemimpin spiritual harus selalu memegang nilai-nilai akhlakul karimah seperti jujur, ikhlas, adil, dan sabar dalam menjalankan tugasnya. “Dengan menginternalisasi nilai-nilai tersebut, pemimpin akan mampu membawa organisasinya menuju kemajuan yang berkelanjutan dan menciptakan dampak positif bagi masyarakat,” pungkasnya.

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE