PWMJATENG.COM, Magelang – Dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan inklusif, SMP Muhammadiyah 1 Alternatif (Mutual) Kota Magelang membentuk tim Agent of Change atau pusat perubahan. Tim ini terdiri dari siswa-siswi terpilih yang dibina secara khusus untuk menjadi pelopor budaya positif dan agen anti-perundungan di lingkungan sekolah.
Program tersebut digagas dan dikelola oleh Tim Bimbingan Konseling (BK) SMP Mutual. Sejak awal, para anggota Agent of Change dilibatkan dalam berbagai kegiatan positif yang memperkuat nilai-nilai anti-perundungan. Mereka juga mendapatkan pelatihan intensif dalam bentuk workshop yang bertujuan membentuk karakter pelindung bagi sesama siswa.
Kepala SMP Mutual, Wasiun, menjelaskan bahwa keberadaan Agent of Change telah memberi pengaruh signifikan terhadap peningkatan rapor pendidikan terutama dalam aspek iklim keamanan sekolah.
“Rapor Iklim Keamanan Sekolah menggambarkan tingkat keamanan dan kenyamanan dalam lingkungan belajar. Indikatornya mencakup pencegahan perundungan, hukuman fisik, serta aspek lain yang memengaruhi rasa aman siswa, baik secara fisik maupun psikologis,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa tim tersebut dibentuk untuk menjadi motor perubahan yang tidak hanya melawan aksi perundungan, tetapi juga menjaga harmoni sosial di sekolah.
Para siswa yang tergabung dalam tim ini merasa bangga sekaligus tertantang. Jalu, siswa kelas IX yang kini menjadi bagian dari Agent of Change, mengaku mendapat banyak manfaat dari keikutsertaannya.
Baca juga, One Muhammadiyah One Identity: Membumikan Brand Muhammadiyah di Semua Media Sosial
“Aku merasa punya lingkaran pertemanan yang saling mendukung untuk berbuat kebaikan. Tapi tentu, mengingatkan teman bukan hal mudah. Perlu keberanian dan pendekatan yang tepat,” ungkapnya.
Di sisi lain, kehadiran Agent of Change juga dinilai memperkuat budaya sekolah yang sehat secara sosial dan emosional. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Zufal Abdilah, menegaskan bahwa perubahan yang ditimbulkan sangat terasa dalam kehidupan sehari-hari siswa.
“Kami melihat perubahan yang positif. Siswa menjadi lebih terbuka, saling peduli, dan lebih responsif terhadap situasi di sekitar mereka. Ini berdampak langsung pada meningkatnya hasil Rapor Iklim Sekolah seperti yang telah disampaikan oleh Pak Wasiun,” kata Zufal.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa kehadiran tim ini menjadi bagian penting dalam strategi jangka panjang sekolah untuk membangun budaya pendidikan yang berpihak pada perlindungan anak.
Pihak sekolah juga merencanakan program lanjutan, termasuk pelatihan lanjutan untuk para Agent of Change serta kolaborasi dengan pihak luar seperti lembaga perlindungan anak dan psikolog pendidikan.
Tak hanya internal, kampanye anti-perundungan ini juga mulai dikembangkan melalui media sosial dan dinding informasi di lingkungan sekolah. Harapannya, nilai-nilai positif tersebut dapat menjalar lebih luas dan memperkuat komitmen bersama menciptakan sekolah bebas perundungan.
Program ini pun menjadi bagian dari upaya menjawab tantangan zaman, di mana perundungan tidak hanya terjadi secara langsung, tetapi juga melalui media digital atau cyber bullying. Oleh karena itu, pembinaan terhadap siswa difokuskan pula pada etika berinternet dan penggunaan media sosial yang sehat.
Kontributor : Fury
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha
