Silaturrahim PDM Kendal ; Jaring Problematika PCM hingga Bahas Mushola Perjuangan
PWMJATENG.COM, KENDAL – Silaturrahim Ramadhan 1439 H putaran ke 2 yang digelar oleh PDM Kendal ternyata mampu menjaring persoalan – persoanal unik dan serius yang muncul di tingkat Cabang dan Ranting. Hal itu diungkapkan oleh setiap PCM yang ada di eks Kawedanan Kendal, yang meliputi PCM Ngampel, Kota Kendal, Pegandon, Patebon, dan PCM Purwokerto pada Selasa malam (22/5) di musholla Baitussalam Bojongede, Ngampel.
Terkait dengan Lazismu misalnya, belum adanya keseragaman dalam memungut, mengelola dan mentasarufkan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS).
“ Sampai saat ini belum adanya pedoman baku yang digunakan oleh PCM dalam hal zakat “ kata wakil ketua PCM Pegandon, H. Muhargono, SP.
“ Mana yang menjadi pedoman, apakah buku Bapelurzam tulisan almarhum, KH. Abdul Barie Soim, atau merujuk undang – undang zakat ? “ tanyanya.
Menurut wakil ketua PDM Kendal, koordinator bidang Lazismu, H. Djamzuri, SH, hasil pungutan ZIS semua harus disetor ke Lazsimu Daerah.
“ Seluruhnya wajib disetor ke daerah untuk dimasukkan ke rekening bank. Adapun penggunaannya dikembalikan lagi ke cabang dengan mengajukan sebesar 85 % “ jawabnya.
Dikatakan, hal tersebut sesuai dengan putusan PDM Kendal dan untuk memudahkan audit eksternal.
“ Perlu diingat, Lazismu salah satu lembaga yang mendapat ijin dan sesuai dengan undang – undang nomor 23 tahun 2011 tentang zakat “ jelas Djamzuri.
Berbeda dengan PCM Purwokerto yang permasalahannya ada pada kesulitan kader di tingkat cabang maupun ranting.
“ PCM kami, Purwokerto (Purin) merasa kesulitan untuk merekrut kader yang siap kami bina, dan kami biayai studi lanjut, khususnya S1 di STIT Muhammadiyah Kendal “ kata ketua PCM Purin, Drs. H. Inu Indarto, M.Pd mengawali sesi public hearling tersebut.
PCM Purin sebagai pemekaran dari PCM Patebon dinilai dinamis. Dalam rentang 5 tahun berjalan telah berdiri beberapa AUM pendidikan, masjid dan direncanakan tahun depan berdiri SMP Muhammadiyah. Ada faktor dominan yang dimiliki PCM yang hanya memiliki 3 PRM itu, yaitu jajaran pimpinan yang rata – rata berpendidikan tinggi dan berada.
“ PCM Ngampel masuk dalam katagori dhuafa’, selain perlu santunan, miskin kader, dan perlu pendampingan lebih lanjut “ ujar ketua PCM Ngampel, Sugiyono, M.Pd.
Dalam sejarah menurut ‘ Ugiek ‘ biasa dipanggil, Ngampel sebagai pemekaran dari Kecamatan Pegandon yang awalnya cukup dinamis dan memiliki AUM cukup banyak, seperti TK ABA, MI, SMP Muhammadiyah 7 dan sejumlah masjid, namun setelah pembagian wilayah, desa, semua AUM tersebut masuk dalam kewenangan PCM Pegandon.
Tidak jauh berbeda lagi dengan PCM Patebon dan Kota Kendal. Kedua PCM tersebut memiliki problem yang sama, kekurangan kader sebagai penggerak dan penerus masa depan Muhammadiyah di masing – masing PCM.
“ Perlu adanya pengkaderan formal, seperti Darul Arqam yang diselenggarakan oleh PDM, bertempat jauh dari keramaian, tidak mudah dijangkau oleh kendaraan, dan seluruh peserta tidak boleh pulang sebelum acara usai “ usul ketua PCM Kota Kendal, Ismaini Hatta, S. Ag memberi solusi mengantisipasi kekurangan kader.
Penyerapan aspirasi tersebut dipandu langsung oleh bendahara PDM Kendal, H. Budiyanto dan menurutnya berbagai permasalahan tersebut akan dibawa ke meja rapat pleno PDM untuk dicari solusinya.
Kegiatan sillaturrahim tersebut diawali dengan sholat isya’ dan tarawih berjamaah dengan imam KH. M. Farchan Tontowi dan ditutup dengan statement close
“ Dari permasalahan tersebut, terdapat kelebihan dan kekurangan masing – masing cabang “ kata sekretaris PDM Kendal, H. Yusuf Darmawan, M.Pd.
“ PCM Purin misalnya, kami nilai banyak jenderal, tetapi kekurangan kopral “ ujarnya disambut ‘geer’ jamaah.
Berbeda dengan statement wakil ketua PDM Kendal, Drs. KH. Abdullah Sachur M.Pd yang menilai musholla Baitussalam sebagai musholla perjuangan.
“ Dalam sejarah musholla ini sebelum dibangun awalnya pernah dirobohkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab, kemudian dibangun bersama – sama “ kata Sachur.
“ Dalam membangun penuh dengan perjuangan, dan tidak hanya PDI saja yang disebut PDI Perjuangan, tetapi rumah Allah ini juga disebut musholla perjuangan “ pungkasnya. (A.Ghofur/MPI Kendal)