Sediakan Ruangan Lebih Banyak, RSI Muhammadiyah Kendal Fungsikan IGD Baru
PWMJATENG,COM, KENDAL – Guna menampung pasien lebih banyak di RSI Muhammadiyah Kendal, gedung lantai sembilan, khususnya lantai dasar sebagai Instalasi Gawat Darurat (IGD) telah diresmikan penggunaannya. Soft opening tersebut ditandai dengan pemotongan pita oleh ketua PWM Jateng, KH.Tafsir, didampingai kepala Dinas Kesehatan Kab.Kendal, Ferinando Rad Bonay, direktur RSI, dr.Suhadi, MPKU PDM Kendal, H. Taufik Husein, dan jajaran PDM Kendal.
Direktur RSI Muhammadiyah Kendal mengatakan, dalam menjalankan roda organisasi rumah sakit tidak bisa pemilik maupun pimpinan mencanangkan visi, misi tanpa melibatkan pihak stekeholder yang ada di sekitar rumah sakit.
“Semua pejabat terlibat sehingga visi dan misi rumah sakit sesuai tujuan yang diharapkan oleh masyarakat, sehingga tidak ada perbedaan harapan visi dan harapan rumah sakit” kata Suhardi.
Beliau menjelaskan, rumah sakit yang diresmikan 1996 itu dalam perkembangannya sampai saat ini sudah memiliki 187 tempat tidur pasien. Tahun 2016 RSI sudah mendapat predikat lulus tingkat paripurna dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
“InsyaAllah di bulan Oktober tahun ini kita akan melaksanakan akreditasi terbaru, yaitu Standar Nasional Rumah Sakit (SNARS) edisi 1” ujarnya.Beliau berharap akreditasi tersebut mampu berjalan dengan baik,lancar, RSI Muhammadiyah dapat predikat lulus paripurna dan di tahun 2020 kita berharap naik kelas sebagai Rumah Sakit Islam tipe B.
Menurutnya, program-program peningkatan pelayanan RSI Muhammadiyah, seperti spesialis bedah saraf, bedah jantung, hingga lainnya dalam tahap melengkapi
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kab.Kendal menyatakan, rasio ideal daya tampung rumah sakit adalah 1.000 penduduk : 1 tempat tidur.
“Sedangkan saat ini jumlah penduduk di Kendal sebanyak 976.752 jiwa dan baru tersedia 750 tempat tidur”
Beliau berharap Muhammadiyah melalui bidang kesehatan bisa berperan serta dalam bidang kesehatan. Pasalnya selama ini kasus medis yang dialami warga Kendal harus jauh menjalani perawatan di Kota Semarang.
“Saya melihat rumah sakit milik Muhammadiyah, yaitu RSI ini sedang berencana akan menambah ketersediaan jumlah tempat perawatan menjadi 500 tempat tidur”
“Tentunya hal itu akan dapat memenuhi rasio kebutuhan tempat tidur perawatan medis di Kendal” sambungnya.
Sedangkan ketua PWM Jateng menyampaikan perkembangan AUM yang dinilai tidak semata-mata membawa misi Muhammadiyah, tetapi bagaimana memberi pelajaran tentang berBhineka Tunggal Ika.
“Karena Indonesia dibangun atas komitmen. Tidak ada konsensus, maka hilanglah Indonesia” katanya.
“ Di Indonesia tidak ada suku Indonesia, tetapi suku Jawa, Sunda, dan lain-lain. Indonesia hanya satu. Ketika diantara suku, komponen bangsa itu berkesempatan berkonsensus, bahwa saya Indonesia. Dan begitu komitmen Indonesia itu hilang, maka hilanglah Indonesia”
“Itulah yang selalu dibangun oleh Muhammadiyah dan berkomitmen untuk menjadi Indonesia diantaranya lewat rumah sakit untuk menunjukkan bahwa Muhammadiyah adalah Indonesia, dan tidak pernah keluar dari Indonesia. Apapun agamanya kita layani di sini (rumah sakit Islam)” beber Tafsir.
Terkait dengan konflik di Papua, Tafsir mengatakan yang paling selamat adalah warga Muhammadiyah.
“Tidak ada gangguan apapun pada warga Muhammadiyah di Papua” ujarnya.
“Jadi kalau Indonesia ingin Papua aman, jadikanlah Muhammadiyah sukses di Papua” kata Tafsir disambut aplous yang hadir.
Tafsir sebagai salah satu dari 100 tokoh di Indonesia ketika diminta menulis tentang Papua, beliau sebelum menulis melakukan testis orang Papua.
“Kita perlu pahami orang Papua. Dalam banyak hal saya bukan Indonesia” katanya menirukan ucapan orang Papua.
“Kalau orang Indonesia rata-rata berambut lurus, saya (orang Papua) berambut keriting. Kalau rata-rata orang Indonesia berkulit sawo matang, saya berkulit hitam,kalau orang Indonesia berbahasa melayu, saya berbahasa Papua, dan orang Indonesia mayoritas Islam, saya Kristen. Lantas dimana letak keIndonesiaan saya ?” ujarnya menirukan pertanyaan orang Papua.
“Ternyata yang menyamakan orang Papua dengan orang Indonesia adalah sama-sama dijajah oleh Belanda dan akhirnya Bung Karno memaksa saya, Papua menjadi IRIAN, Ikut Republik Indonesia Anti Nederland. Sebuah istilah yang paksaan dari Jakarta kepada Papua, maka tidak mudah untuk mengIndonesiakan Papua”
Memahami hal itu, Tafsir mengajak kepada warga Muhammadiyah dalam mengelola AUM semata-mata tidak harus sesuai miliknya, tetapi memberi contoh kepada bangsa ini, bagaimana ber Bhineka Tungga Ika, dan bagaimana ber Indonesia.
“Muhammadiyah melayani untuk semua. Sehingga yang sakit tidak sebatas yang muslim kita layani. Tidak ada seleksi untuk berobat. Muhammadiyah ada untuk semua” katanya. (Fur/MPI Kendal)
One Comment