Risalah Islam Berkemajuan Jadi Peta Jalan Dakwah Muhammadiyah

PWMJATENG.COM – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Tafsir, menekankan bahwa Risalah Islam Berkemajuan tidak boleh berhenti pada tataran wacana, melainkan harus diwujudkan sebagai pedoman nyata dalam gerak dakwah Persyarikatan. Hal itu ia sampaikan dalam sebuah forum yang dihadiri kader Muhammadiyah dari berbagai daerah.
Menurut Tafsir, risalah tersebut merupakan dokumen strategis yang dapat menjadi peta jalan gerakan Muhammadiyah dalam menghadapi tantangan zaman. Ia menilai bahwa jika hanya dijadikan bahan bacaan tanpa aktualisasi, maka risalah itu akan kehilangan makna.
“Risalah Islam Berkemajuan bukan sekadar untuk dibaca atau dipajang di rak-rak buku, melainkan harus dihidupkan dalam program dakwah kita, baik di ranah pendidikan, kesehatan, sosial, maupun politik kebangsaan,” ungkapnya.
Dalam suasana diskusi yang hangat, Tafsir menegaskan bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam tidak boleh berjalan tanpa arah. Setiap langkah dakwah, menurutnya, harus berpijak pada nilai-nilai yang telah dirumuskan dalam Risalah Islam Berkemajuan. Ia menambahkan bahwa dunia kini tengah berubah cepat dengan berbagai tantangan global. Karena itu, organisasi Islam harus mampu menjawab perubahan dengan gagasan, kerja nyata, serta keberanian untuk tampil di depan.
Ia menekankan bahwa Muhammadiyah tidak boleh sekadar menjadi penonton dalam perubahan sosial. Sebaliknya, organisasi ini harus hadir sebagai pelaku utama yang membawa solusi. “Kita tidak boleh hanya menunggu perubahan terjadi. Muhammadiyah harus hadir dengan tawaran gagasan yang membawa kebaikan umat. Itulah makna dari Islam Berkemajuan,” tegasnya.
Lebih jauh, Tafsir menyoroti pentingnya pemahaman ideologi, politik, dan organisasi (ideopolitor) bagi setiap kader Muhammadiyah. Menurutnya, tiga hal ini menjadi kunci agar Muhammadiyah tetap teguh pada arah perjuangannya dan tidak mudah terbawa arus zaman.
Baca juga, Brand ID Milad ke-113
Ia mengibaratkan pemahaman ideologi dengan arah kiblat dalam salat. Seseorang bisa melaksanakan salat dengan khusyuk, namun jika tidak menghadap kiblat, maka ibadah itu tidak sah. Begitu juga dengan gerakan Muhammadiyah, jika tidak memahami ideologi dengan benar, arah perjuangan akan mudah melenceng.
“Kalau kita tidak paham ideologi Muhammadiyah, kita akan mudah terombang-ambing. Ideologi itu ibarat kiblat dalam salat. Tanpa paham kiblat, salat kita tidak akan sah,” jelasnya, yang disambut tawa ringan para peserta.
Tafsir juga menekankan bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah harus mampu masuk ke berbagai ruang publik. Menurutnya, dakwah tidak boleh berhenti di lingkup eksklusif, melainkan harus menyentuh kehidupan masyarakat luas. Meski demikian, inklusivitas tersebut tidak boleh menghilangkan jati diri Muhammadiyah sebagai gerakan Islam.
“Kita tidak boleh eksklusif. Muhammadiyah harus inklusif, tetapi tetap dengan identitas keislaman yang kuat. Kita boleh berkolaborasi dengan siapa pun, selama itu membawa kebaikan dan kemajuan umat,” ucapnya.
Pandangan tersebut sejalan dengan prinsip Islam sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
وَمَآ أَرْسَلْنَـٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَـٰلَمِينَ
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107).
Ayat tersebut menjadi pengingat bahwa dakwah Islam harus bersifat universal, terbuka, dan memberi manfaat bagi semua kalangan.
Dalam penutup paparannya, Tafsir mengajak seluruh kader Muhammadiyah untuk menjadikan Risalah Islam Berkemajuan sebagai pedoman hidup dan gerakan. Menurutnya, risalah itu merupakan warisan intelektual sekaligus panduan strategis agar Muhammadiyah mampu menjaga konsistensi arah dakwah.
Ia menekankan bahwa risalah ini bukan sekadar dokumen, melainkan kompas yang membimbing langkah Persyarikatan dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, hingga keterlibatan dalam kehidupan kebangsaan.
“Dengan risalah ini, kita diajak untuk menjadi pelaku utama perubahan. Muhammadiyah harus menjadi pionir yang memberi arah, bukan hanya pengikut arus,” ujarnya menegaskan.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha