
PWMJATENG.COM, Surakarta – Bahasa Indonesia dinilai memiliki potensi besar untuk menjadi bahasa dunia. Seruan itu disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Harun Joko Prayitno, saat menjadi narasumber dalam Seminar Nasional Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) ke-47 di Hotel Morazen, Yogyakarta, Rabu (29/10).
Kegiatan ilmiah tahunan tersebut diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMPurworejo) selaku tuan rumah. Acara itu menghadirkan akademisi, peneliti, dan pemerhati bahasa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Dalam forum bergengsi itu, Harun tampil dengan pemaparan bertajuk “Apa Jadinya Indonesia Tanpa Bahasa Indonesia” yang memantik perhatian para peserta.
Ia menegaskan bahwa bahasa Indonesia tidak hanya menjadi simbol persatuan bangsa, tetapi juga memiliki potensi besar untuk tampil sebagai bahasa peradaban global dan bahkan bahasa resmi di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). “Bahasa Indonesia harus tidak hanya hidup di dalam negeri, tetapi juga berperan aktif dalam percaturan global. Kita perlu menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa dunia,” ujarnya di hadapan para peserta.
Menurut Harun, kekuatan bahasa Indonesia terletak pada nilai-nilai kebangsaan, kesantunan, dan kebudayaan yang luhur. Ia menilai bahasa nasional ini memiliki posisi strategis sebagai sarana diplomasi kultural yang mampu memperkuat citra bangsa di mata dunia. “Bahasa kita bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga cermin jati diri dan kepribadian bangsa,” ungkapnya.
Dalam pemaparannya, Harun menguraikan sembilan pesan strategis yang menjadi landasan transformasi bahasa Indonesia. Pesan itu meliputi cita-cita jangka panjang bangsa, aspirasi pengguna bahasa, arah strategis nasional dan internasional, posisi dan diferensiasi bahasa, Indonesia sebagai bangsa besar, reputasi global, kontribusi terhadap kekokohan nasional, perubahan menuju peradaban maju, serta peran bahasa Indonesia sebagai pelopor dunia.
Baca juga, Aplikasi Al-Qur’an Muhammadiyah (Qur’anMu)
Ia juga mengaitkan peran bahasa Indonesia dengan transformasi pendidikan yang holistik dan integratif di tengah era komunikasi serta komputasi global. Harun menekankan pentingnya membangun kompetensi kewarganegaraan, kemampuan belajar sepanjang hayat, dan kecakapan hidup yang berakar pada budaya bangsa.

Melalui gagasan yang ia sebut sebagai “Bahasa Indonesia Urip-Urup”, Harun menegaskan bahwa bahasa Indonesia bukan sekadar sarana tukar informasi, tetapi juga “roh kebangsaan” yang menghidupkan dan menerangi peradaban. “Bahasa Indonesia harus menjadi sumber inspirasi, kemandirian, kedewasaan, reputasi, dan martabat bangsa,” jelasnya.
Sebagai bentuk konkret, Harun merekomendasikan agar PIBSI ke-48 tahun depan diubah menjadi Kongres Internasional Bahasa Indonesia. Ia mengusulkan kerja sama dengan lembaga-lembaga luar negeri, seperti Al Azhar University di Mesir dan Fatoni University di Thailand.
“Langkah ini akan menjadi bukti nyata upaya menduniakan bahasa Indonesia. Kita ingin bahasa ini dikenal bukan hanya di Asia Tenggara, tetapi juga di berbagai belahan dunia sebagai bahasa ilmu pengetahuan, diplomasi, dan kemanusiaan,” katanya menegaskan.
Di akhir paparannya, Harun menutup dengan pesan yang menggugah. Menurutnya, perjuangan untuk memartabatkan bahasa Indonesia merupakan bagian dari ikhtiar bangsa agar mampu berdiri sejajar dengan negara lain tanpa kehilangan karakter keindonesiaan. “Bahasa Indonesia adalah wajah kita di dunia. Mari kita jaga kesantunan, kebudayaan, dan peradaban yang terkandung di dalamnya,” pungkasnya.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha



