Rektor UMP: Bangsa yang Mampu Bertahan adalah Bangsa yang Memiliki Daya Saing
PWMJATENG.COM, PURWOKERTO – Bangsa yang mampu bertahan dan berkembang tentu adalah bangsa yang memiliki daya saing dan berkelanjutan dengan memprioritaskan penelitian sebagai basis membangun masa depan Indonesia.
Hal itu disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Dr. Syamsuhadi Irsyad, M. H., dalam Seminar Nasional hasil penelitian dan pengabdian pada masyarakat lembaga penelitian dan pengabdian pada masyarakat d’garden hall dan resto Purwokerto, Selasa, (19/12/2017).
Acara menghadirkan empat narasumber utama, yaitu Dr. Nadarajan Thambu (Sultan Idris Edications University, Perak Malaysia), Dr. Kintoko, M.Sc.,Apt. (Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta), dan Dr. Azmi Fitriati, S.E., M.Si (Universitas Muhammadiyah Purwokerto) itu diikuti sedikitnya 85 dosen dari perguruan tinggi di Indonesia.
Dalam sambutannya Rektor mengatakan, perkembangan globalisasi yang makin masif dan iklim persaingan antar bangsa dan negara yang makin kompetitif menjadi sebuah tantangan bangsa ini. Menurutnya, dengan penelitian akan menjadi sangat penting dalam perkembangan kehidupan dan peradaban.
“Melalui riset atau penelitian, berbagai pengetahuan baru bermunculan, rentetan teknologi baru terus dikembangkan. Berbagai kendala dan persoalan yang dihadapi umat manusia amat mungkin ditemukan jawabannya melalui riset,” kata Syamsuhadi Irsyad.
Dijelaskan, kondisi dunia penelitian di Indonesia, berdasarkan data SCImago, sepanjang 1996-2016, jumlah publikasi terindeks global Indonesia mencapai 54.146 publikasi. Bila dibandingkan Singapura, Thailand, dan Malaysia, peringkat Indonesia masih jauh berada di bawah ketiga negara ASEAN.
“Pada Tahun 2016, di tingkat dunia, Indonesia menempati peringkat 45 untuk jumlah dokumen yang terpublikasi internasional. Di kawasan Asia, posisi Indonesia berada di urutan 11, sementara di tingkat ASEAN peringkat keempat,” paparnya.
Sedangkan Dari data United States Patent and Trademark Office, lanjut Rektor, hingga 2015, menyebutkan total paten Indonesia yang terdaftar pada Kantor Paten Amerika berjumlah 333.
“Angka ini masih sangat jauh dibandingkan negara ASEAN lainnya, seperti Singapura (10.044 paten), Malaysia (2.690 paten), dan Thailand (1.043 paten). Tidak hanya tertinggal, pertumbuhan paten Indonesia juga menunjukkan tren yang stagnan sejak 2005,” pungkasnya.
Rektor menambahkan, rendahnya jumlah dokumen yang terpublikasi secara internasional, salah satunya, disebabkan sedikitnya jumlah peneliti di Indonesia.
Dijelaskan, data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 2017 menunjukkan peneliti di Indonesia (hanya) berjumlah 9.685 orang. Angka tersebut merupakan jumlah peneliti di seluruh pejabat fungsional peneliti dari seluruh Kementerian di Indonesia.
“Saya berharap, UMP bisa menjadi pelopor peradaban dengan basis penelitian ilmiah. Hal ini merupakan visi besar UMP menuju kampus kelas dunia “Star Here Goanywhere, UMP Makin Mendunia sebgai kampus yang Unggul, Modern dan Islami,” tandasnya. (tgr)