Kolom

Regenerasi: Saatnya Membuka Panggung bagi Generasi Baru untuk Ranting yang Berkemajuan

Regenerasi, Saatnya Membuka Panggung bagi Generasi Baru untuk Ranting yang Berkemajuan

Oleh : Mohammad Noor Ridhollah (Peserta sekolah Tabligh PWM Jateng dari Kudus)

PWMJATENG.COM – Di banyak ranting Muhammadiyah, para sesepuh masih berdiri tegak di garda terdepan, menjadi khatib, memimpin rapat, menyusun agenda ataupun mengurus laporan. Mereka setia menjaga gerakan ini dengan segenap tenaga yang tersisa. Namun, di tengah kesibukan itu, sering kali terlupa bahwa di belakang mereka ada generasi muda yang diam-diam menanti, bukan untuk merebut posisi, melainkan untuk diberi kesempatan belajar dan berkarya.

Para pemuda-pemudi itu telah lama hadir di tengah kita. Mereka mengajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah, melayani di berbagai amal usaha, dan mengelola kegiatan sosial. Mereka memilik semangat membara, kemampuan yang mumpuni, serta ide-ide segar yang inovatitif. Sayangnya, sering kali mereka belum menemukan jalan untuk masuk ke ruang pengambil keputusan, karena pintu aksesnya jarang terbuka lebar.

Sementara di sisi lain, para senior merasa “belum ada kader yang siap.” Dan di sinilah lingkaran itu terus berputar: yang tua enggan melepas karena belum yakin, sementara yang muda tak bisa berkembang karena tak pernah diberi ruang. Akibatnya, regenerasi tak pernah benar-benar terwujud, hanya diwariskan lewat doa dan harapan, bukan melalui penugasan dan pengalaman nyata.

Keberanian untuk Memberi Kepercayaan

Membuka panggung bagi generasi baru bukan sekedar persoalan menyerahkan kursi kepemimpinan, melainkan mewariskan kepercayaan. Ranting yang berani mempercayakan sebagian tanggung jawabnya kepada anak muda bukan berarti sedang mengurangi kekuatan, tapi justru sedang memperpanjang usia dan relevansi gerakan.

Kita sering lupa, KH Ahmad Dahlan tidak menunggu tua untuk memimpin. Dan Muhammadiyah tidak menunggu sempurna untuk bergerak. Gerakan ini tumbuh subur karena keberanian untuk memberi ruang bagi siapa pun yang bersedia untuk belajar, meskipun masih dalam tahap awal.

Hari ini, ranting-ranting perlu menyalakan kembali semangat tersebut. Libatkan anak muda dalam setiap proses, bukan hanya dalam urusan teknis acara. Beri mereka amanah yang nyata, seperti menjadi sekretaris rapat, memimpin sebuah kegiatan, mengelola media dakwah digital, atau merancang program sosial di area sekitar Masjid. Bimbing, arahkan, namun biarkan mereka mencoba. Bisa jadi hasilnya belum sempurna, terkadang mereka juga gagal, namun di situlah proses pembelajaran sejati lahir dan berkembang.

Dari Panggung yang Kaku Menjadi Ruang yang Dinamis

Ranting bukanlah institusi yang kaku dan statis. Seharusnya, Ia menjadi ruang belajar sosial yang cair, tempat ide dan energi baru menemukan bentuknya.
Jika selama ini rapat hanya diisi laporan dan pembahasan program, cobalah sisipkan satu sesi khusus: “Forum Brainstorming.” Biarkan kader muda berbicara tentang gagasan-gagasan mereka. Mulai dari kelas literasi, kiat memakmurkan majid, pengembangan ekonomi jamaah, hingga gerakan kebersihan lingkungan. Tugas para senior bukanlah menolak, melainkan mengarahkan agar ide-ide tersebut tetap berada di jalur nilai-nilai luhur Muhammadiyah.

Baca juga, Muhammadiyah Umumkan Jadwal Puasa Ramadan 2026, Catat Tanggal Resminya!

Begitulah proses tajdid berjalan, bukan dengan menolak hal baru, melainkan menuntun agar tetap berpijak pada akar dan prinsip dasar. Jika ranting berani membuka ruang seperti ini, maka yang tumbuh bukan hanya kegiatan yang beragam, tapi juga rasa memiliki yang kuat di dalam keanggotaan.

Mendidik Pemimpin Melalui Pengalaman dan Kepercayaan

Pemimpin besar lahir karena pernah dipercaya saat mereka mungkin belum sepenuhnya siap. Tidak ada kader yang tumbuh hanya karena teori semata. Mereka tumbuh dan matang karena pengalaman nyata. Oleh karena itu, tugas ranting bukan hanya menunggu “kader siap,” melainkan menyiapkan mereka melalui penugasan-penugasan kecil yang konsisten dan terarah.

Mulailah dengan tim pelaksana kegiatan yang diisi oleh anak muda. Tunjuk satu atau dua di antara mereka menjadi wakil ketua bidang. Kaitkan setiap kegiatan ranting dengan pendampingan lintas generasi. Satu senior mendampingi dua kader muda. Buat mereka merasa dibutuhkan, bukan sekadar dimanfaatkan. Perlahan, mereka akan merasa memiliki. Dan dari rasa memiliki itulah akan lahir kesetiaan yang tulus.

Ranting yang Tumbuh dan Bergerak Maju Bersama

Gerakan yang sehat bukan gerakan di mana yang muda melawan yang tua, atau yang tua menyingkir demi yang muda. Gerakan yang sehat adalah gerakan yang tumbuh bersama dalam harmoni. Yang tua menanamkan nilai-nilai luhur, yang muda menumbuhkan cara-cara baru. Yang tua memberi arahan dan bimbingan, yang muda memberi tenaga dan inovasi. Yang tua menjaga marwah, yang muda menggerakkan roda perubahan.

Ketika dua kekuatan ini bersatu padu, ranting tidak hanya akan bertahan, bahkan akan hidup kembali dengan semangat yang baru. Suara pengajian akan terdengar lebih riuh, ide-ide segar bermunculan, dan masyarakat kembali melihat Muhammadiyah sebagai cahaya perubahan, bukan sekadar nama sebuah organisasi yang besar.

Saatnya Membuka Panggung bagi Generasi Baru

Ranting yang berani memberi ruang kepada anak muda sedang menulis masa depannya. Karena masa depan tidak datang dari mereka yang hanya menunggu giliran, tetapi dari mereka yang diberi kesempatan untuk mencoba dan berkreasi.

Kini saatnya panggung dibuka lebar-lebar, bukan untuk menggantikan peran siapa pun, tapi agar semangat Muhammadiyah terus hidup dan bergelora di tangan-tangan yang baru, dengan cara yang segar, dan dengan niat yang sama: berjuang karena Allah, untuk Islam berkemajuan.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE