Refleksi Gerakan Dakwah Muhammadiyah Troketon
Oleh : Rumini Zulfikar (Gus Zul)*
PWMJATENG.COM – Persyarikatan Muhammadiyah, sejak berdirinya pada tahun 1912, kini telah melangkah lebih dari seabad. Dalam perjalanan panjang ini, Muhammadiyah telah mengakar di desa-desa, termasuk di desa Troketon, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten. Pada pertengahan tahun 1960-an, enam tokoh utama, yaitu Abdul Basar Ba, Sukirdi BA, Hadi Winangun, Suhardi, Rohani, dan Samijo, mendirikan Muhammadiyah Troketon.
Keenam tokoh tersebut menghujamkan nilai-nilai Islam melalui Persyarikatan Muhammadiyah di tingkat akar rumput. Mereka berhasil mendirikan beberapa Amal Usha di bidang pendidikan, seperti TK ABA Troketon 1, TK ABA Troketon 2, TK ABA Troketon 3, dan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah, dengan bantuan tiga perempuan ‘Aisyiah hebat, yaitu Djaurohmah, Kafiyatun, dan Suratmi. Meskipun dalam kondisi sumber daya manusia yang terbatas, mereka berhasil membuat pijakan dan mengaktualisasikan nilai-nilai Islam di tengah masyarakat Troketon yang pada saat itu masih kurang terdidik, terutama dalam pendidikan agama Islam.
Baca juga, Sejak Kapan Wujudul Hilal Meninggalkan Nash?
Dalam rentang waktu 64 tahun (1960-2024), gerakan Muhammadiyah telah mengalami perkembangan matang dan mapan. Melalui misi dakwahnya yang mencerahkan dan pembaharuan (Tajdid), Muhammadiyah terus berusaha untuk mewujudkan tujuannya, yaitu “Terwujudnya umat Islam yang sebenar-benarnya.”
Sejalan dengan perkembangan kehidupan dan penyebaran risalah agama Islam, Muhammadiyah Troketon menggelar Musyawarah Ranting pada tanggal 23 Rajab 1445 atau 03 Februari 2024. Tema yang diangkat, “Mengakar, Mengembang, dan Memajukan Troketon,” menjadi momen strategis untuk mengevaluasi periode sebelumnya, merumuskan program kerja, dan memilih pimpinan yang akan mengendalikan organisasi.
Tantangan dan Peran Penting Pimpinan
Dalam era digital yang serba cepat, Muhammadiyah Troketon dihadapkan pada tantangan dakwah yang memerlukan respons yang cepat. Oleh karena itu, langkah-langkah yang matang, terarah, terukur, dan sistematis, serta pemahaman terhadap teknologi informasi dan literasi adalah hal yang sangat diperlukan.
Pimpinan, kader, dan warga Muhammadiyah Troketon memiliki peran penting dalam memberikan warna dan kontribusi bagi masyarakat. Keterlibatan secara langsung dalam hubungan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun tingkat desa, menjadi kunci untuk bersama-sama membangun kemajuan umat, masyarakat, bangsa, dan negara. Kerja sama dengan pemerintah, lembaga, dan ormas lainnya harus dijaga dengan baik untuk menciptakan kebersamaan dalam keberagaman, tanpa meninggalkan jati diri dan ideologi Muhammadiyah.
Baca juga, Antara Rukyat dan Hisab
Tantangan kedepan yang semakin kompleks membutuhkan penguatan organisasi dengan pola kepemimpinan yang kolektif, kolegial, dan sesuai dengan tupoksi masing-masing. Setiap pimpinan harus memiliki prinsip dan nilai yang mengedepankan kebersamaan, dan pendewasaan serta kematangan dalam berorganisasi akan menjadi kunci kesuksesan.
Perubahan zaman yang cepat, terutama dalam era digital, menuntut umat, warga, kader, dan pimpinan Muhammadiyah untuk siap menghadapi perubahan tersebut. Oleh karena itu, kesiapan dalam menghadapi perubahan, seperti literasi teknologi, menjadi sangat penting agar tidak tertinggal.
Melalui peran aktif dan kerja keras Muhammadiyah Troketon, diharapkan mampu memberikan kontribusi positif dalam memajukan Troketon dan menciptakan masyarakat yang lebih baik dan beradab. Selamat untuk Musyawarah Ranting Muhammadiyah Troketon ke-11, semoga menghasilkan keputusan dan kepemimpinan yang lebih baik untuk periode mendatang.
*Ketua PRM Troketon, Anggota MPI & HAM PCM Pedan, Anggota Bidang Syiar MPM PDM Klaten.
Editor : M Taufiq Ulinuha