Khazanah Islam

Purifikasi Fenomena Gerhana oleh Rasulullah

PWMJATENG.COM – Fenomena alam selalu menghadirkan kekaguman dan renungan bagi manusia. Dalam Islam, gerhana matahari maupun bulan tidak hanya dipandang sebagai peristiwa astronomis, melainkan juga sebagai tanda kebesaran Allah Swt. Nabi Muhammad Saw. mengajarkan umatnya untuk merespons gerhana dengan melaksanakan salat khusus yang dikenal sebagai salat gerhana atau salat kusuf dan salat khusuf.

Latar Belakang Sejarah Salat Gerhana

Sejarah salat gerhana bermula pada masa Rasulullah Saw. Peristiwa ini tercatat ketika terjadi gerhana matahari bertepatan dengan wafatnya putra Nabi, Ibrahim. Masyarakat kala itu mengaitkan gerhana dengan wafatnya seseorang yang penting. Melihat anggapan tersebut, Rasulullah Saw. menegaskan bahwa gerhana tidak ada kaitannya dengan kelahiran atau kematian seseorang.

Beliau bersabda:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلَاةِ

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang. Apabila kalian melihatnya, maka bersegeralah melaksanakan salat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menjadi dasar bahwa salat gerhana bukanlah ritual musyrik atau berkaitan dengan takhayul, melainkan bentuk penghambaan kepada Allah Swt.

Tata Cara Salat Gerhana

Salat gerhana memiliki tata cara yang berbeda dengan salat pada umumnya. Rasulullah Saw. melaksanakannya dengan jumlah dua rakaat, namun setiap rakaat dilakukan dua kali rukuk dan dua kali berdiri untuk membaca Al-Qur’an. Setelah itu, beliau menyampaikan khutbah yang berisi peringatan agar umat senantiasa bertakwa.

Baca juga, Waktu dan Tata Cara Salat Gerhana

Dalam riwayat Aisyah ra., disebutkan:

فَصَلَّى رَسُوْلُ اللهِ ﷺ وَالنَّاسُ مَعَهُ، فَقَامَ قِيَامًا طَوِيْلًا، ثُمَّ رَكَعَ رُكُوْعًا طَوِيْلًا، ثُمَّ قَامَ قِيَامًا طَوِيْلًا وَهُوَ دُوْنَ الْقِيَامِ الْأَوَّلِ، ثُمَّ رَكَعَ رُكُوْعًا طَوِيْلًا وَهُوَ دُوْنَ الرُّكُوْعِ الْأَوَّلِ، ثُمَّ سَجَدَ، ثُمَّ فَعَلَ فِيْ الرَّكْعَةِ الْأُخْرَى مِثْلَ ذَلِكَ

“Rasulullah Saw. salat bersama orang-orang, beliau berdiri lama, kemudian rukuk lama. Setelah itu beliau berdiri lagi lebih singkat dari yang pertama, lalu rukuk kembali lebih singkat dari rukuk pertama, kemudian sujud. Pada rakaat kedua beliau melakukan hal yang sama.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Tata cara ini menjadi pedoman hingga sekarang. Para ulama menegaskan bahwa salat gerhana bersifat sunnah muakkadah, yakni sangat dianjurkan untuk dilaksanakan ketika terjadi gerhana.

Makna Spiritual Salat Gerhana

Salat gerhana bukan sekadar ritual ibadah, melainkan sarana untuk menumbuhkan kesadaran spiritual. Fenomena gerhana mengingatkan manusia akan kebesaran Allah dan keterbatasan akal dalam memahami rahasia alam semesta.

Nabi Muhammad Saw. juga menjadikan momen gerhana untuk menasihati umat. Dalam khutbahnya, beliau menyerukan umat agar memperbanyak doa, istighfar, sedekah, dan amal kebaikan. Pesan ini menunjukkan bahwa setiap fenomena alam hendaknya mendorong manusia untuk semakin dekat kepada Allah Swt.

Firman Allah Swt. dalam surah Yunus ayat 5 mempertegas makna tanda-tanda alam tersebut:

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya serta menentukan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu. Allah tidak menciptakan itu melainkan dengan kebenaran. Dia menjelaskan tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.”

Relevansi di Masa Kini

Dalam kehidupan modern, manusia dapat menjelaskan fenomena gerhana dengan ilmu astronomi. Namun, hal ini tidak mengurangi nilai spiritualitas yang diajarkan Nabi Muhammad Saw. Justru pengetahuan ilmiah semakin meneguhkan bahwa tanda-tanda alam merupakan bagian dari kekuasaan Allah Swt.

Salat gerhana menjadi ajakan agar umat Islam tidak hanya mengagumi keindahan kosmos, tetapi juga merenungkan kebesaran Sang Pencipta. Melalui ibadah ini, setiap Muslim diajak untuk memperbaiki diri, memperbanyak amal, dan menyadari bahwa segala sesuatu di alam semesta tunduk pada aturan Allah Swt.

Ikhtisar

Sejarah salat gerhana yang diwariskan Rasulullah Saw. bukan sekadar bagian dari ritual, melainkan warisan spiritual yang penuh hikmah. Dari peristiwa ini, umat Islam diajak untuk memahami bahwa fenomena alam adalah tanda kekuasaan Allah, bukan pertanda takhayul. Dengan demikian, salat gerhana menjadi momentum untuk menguatkan iman, meningkatkan kesadaran, dan meneguhkan kepatuhan kepada Sang Pencipta.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE