Pujiono: Guru Harus Mengoding Masa Depan, Bukan Sekadar Menunggu Tanggal Satu!

PWMJATENG.COM, Medan – Suasana hening menyelimuti aula Hotel Le Polonia Medan ketika ratusan peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) Pembelajaran Mendalam (PM), KKA, dan PPK Region Sumatera Utara mengikuti kultum Subuh bersama Pujiono, Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Ahad (5/10). Dalam tausiyah bertajuk “Mengoding Masa Depan”, Pujiono membakar semangat para guru untuk bersyukur, mencintai profesinya, serta menjadikan koding dan kecerdasan buatan (AI) sebagai sarana dakwah.
Mengawali tausiyahnya, Pujiono mengingatkan makna tidur sebagai kematian sementara. “Saat kita dibangunkan dari tidur, berarti Allah memberi kesempatan hidup sekali lagi. Kesuksesan pertama adalah ketika kita membuka mata dengan rasa syukur,” ujarnya. Ia menegaskan, rasa syukur sejati tercermin dalam shalat Subuh berjamaah, apalagi di tempat semegah aula hotel itu.
Menurutnya, guru adalah profesi mulia yang menuntut pembelajaran tanpa henti. “Diam adalah lonceng kejumudan. Guru sejati adalah guru yang juga menjadi murid,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Pujiono mengutip pesan monumental KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah:
“Jadilah murid. Muhammadiyah hari ini dan esok akan berbeda. Teruslah belajar. Jadi guru, kembalilah ke Muhammadiyah. Jadi dokter, jadi master, lalu kembalilah berkhidmat kepada Muhammadiyah.”
Ia menjelaskan, pesan tersebut menegaskan bahwa guru tidak boleh berhenti menuntut ilmu. “Guru jangan hanya hadir demi menunggu tanggal satu. Hadirlah dengan hati, dengan cinta, agar setiap detik pengabdian bernilai pahala,” tuturnya, disambut tawa peserta saat ia berkelakar tentang guru “5 koma.”
Lebih lanjut, Pujiono menyinggung perkembangan pesat kecerdasan buatan. Menurutnya, teknologi bisa menggantikan banyak profesi, termasuk guru. Namun, ada hal yang tak bisa digantikan: rasa dan cinta. “Jangan biarkan kelas menjadi dingin tanpa rasa. Guru yang mengajar tanpa cinta mungkin 20 tahun mengajar tanpa pahala. Tapi guru yang mengajar dengan cinta, setiap menitnya bernilai ibadah,” jelasnya.
Baca juga, Muhammadiyah Umumkan Jadwal Puasa Ramadan 2026, Catat Tanggal Resminya!
Ia juga mengaitkan pembahasan dengan wahyu pertama Al-Qur’an, Iqra’. “Nabi Muhammad yang ummi saja diperintah membaca, apalagi kita yang bisa membaca. Di era Android dan AI ini, koding adalah bahasa peradaban baru,” tegasnya.
Menurutnya, koding melahirkan sistem aplikasi dan kecerdasan buatan, tetapi tetap hanya alat, bukan tujuan. “Jika diarahkan pada kebaikan, ia menjadi jalan menuju pahala. Jika digunakan untuk keburukan, ia bisa menjadi sumber bencana,” ungkapnya.
Dalam kajian itu, Pujiono mengutip firman Allah dalam QS. Al-Qashash ayat 77:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia.”
Ia menegaskan, ilmu dunia, termasuk koding dan AI, harus menjadi bekal menuju akhirat. “Belajar teknologi bukan hanya demi dunia, tetapi untuk dakwah dan kemaslahatan,” paparnya.
Pujiono juga mengutip sabda Nabi Muhammad SAW:
“Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Hadis ini, menurutnya, menjadi motivasi agar umat Islam tidak hanya menguasai teknologi, tetapi menjadikannya jalan menuju keridhaan Allah.
Menutup kultum, ia mengajak umat Islam agar menjadi pengendali, bukan korban teknologi. “Mari kita isi dunia digital dengan konten dan aplikasi yang membawa kebaikan. Dengan koding dan AI, mari kita mengoding masa depan untuk meraih ridha Ilahi,” pungkasnya, disambut takbir dan tepuk tangan semangat dari para peserta Bimtek.
Kontributor : Pujiono
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha