
PWMJATENG.COM, Surakarta – Media sosial ramai membahas fenomena puasa dengan durasi sangat singkat setelah video Lalu Satria Malaca, seorang pemandu wisata di Murmansk, Rusia, viral. Dalam video tersebut, ia menunjukkan bahwa jeda antara Subuh dan Maghrib di wilayah tersebut hanya berkisar satu jam, sehingga umat Islam di sana menjalankan puasa dalam waktu yang sangat singkat.
Fenomena ini dapat dijelaskan melalui ilmu geografi dan astronomi. Choirul Amin, dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), menjelaskan bahwa perbedaan panjang waktu siang dan malam di berbagai belahan dunia dipengaruhi oleh rotasi bumi serta kemiringan sumbunya yang mencapai 23,5 derajat.
“Kemiringan ini menyebabkan perbedaan panjang siang dan malam di berbagai wilayah di bumi. Jika sumbu bumi tegak lurus, maka iklim dan sistem lingkungan di bumi tidak akan seberagam seperti saat ini,” ujar Choirul Amin, Selasa (11/3).
Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa memiliki waktu siang dan malam yang relatif seimbang, yakni sekitar 12 jam siang dan 12 jam malam. Hal ini membuat durasi puasa di Indonesia dan negara-negara di sekitar khatulistiwa, seperti Malaysia, hampir sama, yaitu sekitar 12 jam.
Namun, semakin jauh suatu wilayah dari garis khatulistiwa, semakin besar perbedaan antara panjang siang dan malamnya. Rusia, misalnya, memiliki 11 zona waktu dan sebagian wilayahnya berada dekat dengan Kutub Utara.
“Di musim panas, puasa di Rusia bisa berlangsung sangat lama karena siang hari lebih panjang. Sebaliknya, di musim dingin, puasa bisa menjadi sangat singkat, bahkan ada wilayah yang mengalami malam sepanjang hari dengan siang yang hanya berlangsung beberapa jam,” jelas Choirul Amin.
Baca juga, Pekat Hitam Gurita Korupsi di Indonesia
Ia menambahkan bahwa peredaran bumi bersifat dinamis, bergerak seperti zigzag. Kadang matahari condong ke utara, kemudian kembali ke garis khatulistiwa, lalu condong ke selatan. Hal ini menyebabkan perubahan durasi siang dan malam di berbagai wilayah, termasuk di Rusia, yang bisa mengalami siang selama 20 jam di musim panas.
“Kalau matahari lebih banyak di utara, waktu siang di Rusia menjadi sangat panjang. Sebaliknya, saat matahari bergerak ke selatan, waktu malam di Rusia bisa jauh lebih panjang dibandingkan siangnya,” tambahnya.
Lantas, bagaimana umat Islam di daerah seperti ini menjalankan puasa? Choirul Amin menjelaskan bahwa mereka tetap menjalankan ibadah puasa, tetapi mengikuti pendapat ulama yang menyarankan agar mengikuti waktu puasa di Mekah atau waktu di wilayah terdekat yang memiliki durasi siang dan malam yang lebih seimbang.
“Jadi, meskipun malam terus berlangsung tanpa siang dalam waktu yang lama, umat Islam tetap menjalankan puasa dengan mengikuti ketentuan waktu yang telah ditetapkan oleh para ulama,” ungkapnya.
Dengan demikian, fenomena puasa yang berlangsung kurang dari satu jam di Murmansk bukanlah sesuatu yang aneh dalam perspektif geografi. Ini adalah dampak dari rotasi bumi dan kemiringan sumbunya yang menciptakan perbedaan waktu siang dan malam di berbagai wilayah dunia. Umat Islam di daerah ekstrem tetap dapat menjalankan ibadah puasa dengan mengikuti ketentuan waktu yang telah disepakati sesuai dengan hukum Islam.
Kontributor : Maysali
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha