Kolom

Potensi Manusia

Potensi Manusia

Oleh: Alvin Qodri Lazuardy (Pegiat Literasi Muhammadiyah)

PWMJATENG.COM – Ketika Al-Qur’an menyebut manusia dengan istilah insan, kata itu sesungguhnya memuat makna yang dalam. Insan berasal dari kata yang bisa berarti lupa, jinak, gerak dinamis, atau senang. Sederet arti itu memberi gambaran betapa manusia adalah makhluk yang rapuh sekaligus penuh potensi. Ia bisa lupa dan lalai, namun pada saat yang sama mampu bergerak, berubah, dan menemukan kebahagiaan.

Al-Qur’an berbicara tentang manusia bukan hanya sebagai individu, melainkan juga sebagai bagian dari masyarakat. Kedudukannya dalam sejarah tidak kecil: ia bisa menjadi faktor kebangkitan sekaligus sebab keruntuhan. Inilah yang membuat pembicaraan tentang manusia selalu menyentuh dua sisi: jasmani dan ruhani, lahir dan batin, luar dan dalam.

Yang luar adalah tubuh, rupa, serta bentuk lahiriah masyarakat. Namun yang dalam adalah sesuatu yang lebih mendasar: pandangan hidup, tekad, dan kehendak. Justru yang dalam inilah yang menentukan arah peradaban. Al-Qur’an menegaskan, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri” (QS 13: 11). Perubahan sejati selalu berawal dari kesadaran batin, dari cara pandang hidup yang kemudian menggerakkan langkah-langkah nyata.

Persoalannya, banyak manusia—dan masyarakat—yang terjebak pada tujuan hidup yang sempit. Hidup hanya dipahami sebatas makan, minum, hiburan, atau pencapaian materi. Semua itu sah, tetapi terbatas. Dan karena terbatas, arah langkah yang lahir darinya pun bersifat sementara. Pandangan hidup yang sempit akan melahirkan gerak maju yang sempit pula; cepat berhenti, bahkan mati sebelum waktunya.

Baca juga, Muhammadiyah Unggul Berkemajuan: Menapaki Jalan Transformasi Gerakan Global

Sebaliknya, pandangan hidup yang luas, yang menembus batas-batas dunia menuju horizon tak terbatas, akan memberi manusia daya tahan dan arah sejati. Ia tidak berhenti pada tujuan sementara, melainkan terus melangkah menembus waktu. Inilah potensi ruhaniah manusia yang menjadi inti dari keberadaannya.

Al-Qur’an memberi gambaran: ada masyarakat yang pada mulanya tampak kuat, solid, dan penuh semangat karena pandangan hidupnya terarah pada tujuan dekat. Namun, cepat atau lambat, mereka akan dilanda kejenuhan. Masing-masing berjalan sendiri, kehilangan orientasi, hingga akhirnya tercerai-berai (QS 59: 14). Pada akhirnya, setiap masyarakat memiliki usianya (QS 7: 34).

Namun Islam menawarkan sesuatu yang melampaui keterbatasan itu: pandangan hidup yang puncaknya adalah Ketuhanan Yang Mahaesa. Di sanalah letak arah yang tak terbatas, yang mampu menembus semua dimensi wujud. Bersyukurlah kita sebagai bangsa, sebab dengan pandangan inilah kita memiliki kesempatan untuk melangkah lebih jauh ke depan, melampaui keterbatasan materi dan sejarah.

Yang diperlukan kemudian adalah bagaimana kita memahami pandangan hidup itu dan menjadikannya pedoman dalam setiap langkah. Tekad yang lurus, niat yang ikhlas, serta kesediaan untuk terus belajar dan memperbaiki diri akan menjaga umat agar tetap berada di jalan yang benar. Dari sanalah lahir sumber daya manusia yang kuat: insan yang beriman, berilmu, dan beramal, sebagaimana digariskan dalam Al-Qur’an.

Sumber: Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, Quraish Shihab, Mizan, 1994.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE