Pokok Pikiran Haedar Nashir, Hidupkan Kembali Etos Kemajuan!
PURWOKERTO – “Aku titipkan Muhammadiyah kepadamu,”. Pesan Ahmad Dahlan, sang pendiri Muhammadiyah, salah satu organisasi terbesar di Indonesia. Pesan tersebut menyiratkan semua warga persyarikatan yang terlahir di Kauman tersebut untuk terus menjaga dan memajukan persyarikatan ini, sesuai dengan pesan sang pendiri. Karena sang pendiri telah menitipkan Muhammadiyah seusai ia meninggalkan dunia ini kepada seluruh warga organisasi berlambang Matahari tersebut tanpa terkecuali.
Ya, laiknya sebagai penerus, seluruh warga Muhammadiyah harus terus menjaga dan memajukan organisasi yang dibangun dengan susah payah. Ahmad Dahlan telah rela di caci bahkan di anggap kafir demi memperjuangkan Muhammadiyah. Kini, usia Muhammadiyah sudah tidak sedikit, 102 tahun merupakan usai yang cukup gemuk.
Namun, di usianya yang sudah sangat besar, Muhammadiyah masih terus eksis. Terus memberikan cahaya pencerahannya di seluruh penjuru negeri ini. Karena sesuai cita-cita awal hadirnya Muhammadiyah, yakni mewujudkan ummat yang terbaik, ummat yang kembali kepada keaslian Islam.
“Muhammadiyah bisa bertahan itu karena prinsip ber-Islam yang menjadi pondasi gerakannya. Merupakan Islam yang bersifat pembaharuan’” ucap Haedar Nashir, saat ditemui di Ruang Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto, beberapa waktu lalu.
Semangat pembaharuan yang pada akhirnya diterima oleh masyarakat kebanyakan. Memang tidak bisa dipungkiri ketika awal Muhammadiyah berdiri, hanya segelintir orang yang mendukung, yang setia, para sahabat Ahmad Dahlan. Seiring perjalanan waktu, masyarakat pun mulai menerima keberadaannya, hingga kini di usianya yang lebih dari satu abad.
Menurut Haedar Nashir, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muhammadiyah bisa eksis sampai sekarang ini karena alam pikiran Muhammadiyah itu alam pikiran yang berdasar pada Islam. Islam yang membawa pada kemajuan yang dimanifestasikan dengan gerakan Muhammadiyah. Ya lewat dakwah bil halnya, amal usahanya, dan kerja-kerja kemanusiaannya itu lama kelamaan itu menjadi alam pikiran masyarakat secara umum. Yang kemudian mereka merasa kehadiran Muhammadiyah itu memang cocok dengan alam pikiran masyarakat yang ada. Nah, karena cocok dengan masyarakat dan perkembanagn jaman maka secara otomatis menjadi konekting dengan dinamika jaman. Biarpun awalnya ada yang menolaknya, lama kelamaan menerima.
Para pendiri 40 tahun pertama kehadiran Muhammadiyah telah berjuang dengan keras menghidupkan Muhammadiyah pada saat itu. Di usia 40 tahun ketiga inilah tugas warga persyarikatan sekarang untuk melanjutkan perjuangan para pendirinya dulu. Terutama angkatan muda Muhammadiyah, sebagai ujung tombak perjuangan Muhammadiyah, untuk bersemangat melakukan pembaharuan yang telah dicetuskan Muhamadiyah.
“Menghidupkan kembali etos kemajuan itu, diseluruh lini. Sehingga dengan etos kemajuan itu Muhammadiyah selalu bukan hanya bisa mempertahankan tapi juga bisa mengembangkan diri sampai ke pelosok-pelosok. Nah etos ini yang harus dirawat, dipelihara termasuk oleh LAZISMU,” pesan Pimpinan Redaksi Suara Muhammadiyah menutup perbincangan siang itu. (Alphi/Djarot/editor: Fakhrudin)