Kolom

Playing Victim

Playing Victim

Oleh : Ikhwanushoffa (Manajer Area Lazismu Jawa Tengah)

PWMJATENG.COM – Dalam teori triangle fraud disebutkan tiga musabab kecurangan, yakni tekanan, peluang dan pembenaran. Tulisan ini lebih menyoroti salah satu unsur tersebut yakni tentang pembenaran. Pembenaran dilakukan seseorang untuk meyakinkan dirinya bahwa tindakan curang yang ia lakukan adalah bisa diterima bahkan merasa perlu. Salah satu pola pembenaran yang dipakai oleh seseorang adalah dengan memposisikan dirinya sebagai korban. Ia akan sering membuat narasi bagaimana pihak lain atau pihak yang mempunyai otoritas melakukan kezaliman pada dirinya, sehingga ia merasa wajar jika melakukan pelanggaran karena selama ini merasa selalu dipojokkan, tidak diuntungkan, didegradasi dan sejenisnya. Bermain peran sebagai korban seperti ini banyak memakan korban-korban lainnya, karena mudah menyentuh perasaan sehingga akal sehat sering dikalahkan. Playing victim sebenarnya modus cukup keji dalam melakukan kecurangan, walaupun dilakukan oleh orang yang dianggap punya beberapa prestasi. Bahkan anggapan prestasi itu, makin menyempurnakan modusnya.

Baca juga, Mengukur Keberhasilan Puasa: Meniti Jalan Menuju Takwa

Maka kecerdasan dan kejernihan berpikir akan mudah memilah antara kebenaran dan permainan perasaan. Dalam audit ada sikap yang inhern dimiliki auditor yakni skeptisisme profesional. Skeptisisme profesional adalah sikap mempertanyakan atau mengevaluasi tiap informasi yang tersodorkan. Tidak asal iya atau tidak asal percaya. Bukan berarti melulu su’udzon. Maka ada ranah profesional disana, yakni menguji informasi. Dalam Islam sebenarnya sudah dikenalkan sejak dini, yakni tabayun. Budaya tabayun di Persyarikatan ini kian hari rasanya kian langka. Gunjingan atawa gibahan dianggap jamak tanpa berusaha menguji info dari rasan-rasan itu.

Kiranya perlu, budaya tabayun dikecambahkan hingga subur. Sehingga info-info diuji hingga titik yang robas. Apalagi di era medsos ini, orang demikian mudah untuk asal ngomong tanpa pernah menguji dahulu validitas informasi atau asumsi sampai ke sumbernya. Jangan sampai satu kabupaten bisa percaya omongan dari satu orang dengan tanpa tabayun sekalipun dengan pihak yang digunjing. Di sisi lain orang se-kabupaten bisa dianggap salah semua gegara hanya info dari satu orang. Absurd sekali. Wallaahu a’lam.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE