PWMJATENG.COM, Surakarta – Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMP) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar kuliah umum internasional bertajuk Curious Mind, Confident Voices: Encouraging Critical Thinking in Young English Learners. Acara berlangsung di Ruang Seminar Lantai 7 Gedung Induk Siti Walidah, Senin (11/8).
Kegiatan ini menghadirkan Andrew Peter Boon sebagai narasumber utama, dengan Honest Ummi Kaltsum bertindak sebagai moderator. Kuliah umum diikuti oleh 221 mahasiswa PGSD semester enam yang akan naik ke semester tujuh.
Ketua Pelaksana, Nahwa Kamila Nur Faizza, menjelaskan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah membekali mahasiswa dengan keterampilan mengajar anak-anak, khususnya dalam penguasaan bahasa Inggris. “Kami ingin memfasilitasi mahasiswa agar lebih siap mengajarkan keterampilan bahasa Inggris yang mengandung unsur critical thinking,” ujarnya.
Menurut Nahwa, kuliah umum ini merupakan agenda tahunan prodi. Biasanya diselenggarakan secara daring, namun tahun ini diputuskan dilaksanakan secara luring. “Dengan bertemu langsung, interaksi dan praktik antara peserta dan narasumber akan lebih optimal,” tambahnya.
Pemilihan tema, lanjutnya, dilakukan oleh pihak program studi untuk menekankan pentingnya pengembangan kemampuan berpikir kritis dan keberanian berbicara pada calon guru sekolah dasar sejak dini.
Dekan FKIP UMS, Anam Sutopo, dalam sambutannya mengapresiasi kehadiran narasumber dan relevansi topik yang dibahas. “Prof. Boon akan memberikan pencerahan tentang membangun confident voices sekaligus menanamkan kemampuan critical thinking pada anak. Semoga seluruh peserta mengikuti dengan baik,” kata Anam.
Ia menegaskan kegiatan ini merupakan bagian dari program internasionalisasi UMS untuk mendukung Visi 2029 menjadi perguruan tinggi berkelas dunia. “Ini selaras dengan arahan Rektor yang ingin membawa kampus ke reputasi internasional,” tegasnya.
Baca juga, Memberikan Makanan Bergizi bagi Anak, Wajibkah?
Dalam kesempatan itu, Anam juga menyebut PGSD sebagai salah satu prodi favorit di UMS. “Berdasarkan data terbaru, mahasiswa baru PGSD tahun ini sudah lebih dari 300 orang, dan setiap tahun pendaftar selalu tinggi,” ungkapnya.
Ia menambahkan, seluruh presentasi akan menggunakan bahasa Inggris. Moderator berperan ganda sebagai penerjemah dan fasilitator agar peserta lebih mudah memahami materi.
Memasuki sesi inti, Boon—yang akrab disapa Andy—membuka paparan dengan mendefinisikan critical thinking. Menurutnya, kemampuan ini adalah keterampilan mental yang dapat diajarkan, memungkinkan seseorang mengungkap keyakinan dan asumsi di balik pesan yang mereka temui. Ia mengutip buku Hadley & Boon (2023) yang menjelaskan konsep tersebut secara mendalam.
Andy memaparkan beberapa cara mengembangkan disposisi berpikir kritis pada anak, seperti menyadari bias dan keyakinan pribadi, mempertanyakan segala sesuatu, berhati-hati menerima informasi, serta mencari bukti untuk menguatkan atau membantah informasi yang diterima.
Untuk memberikan gambaran praktis, Andy mengajak peserta bermain peran melalui skenario “Apakah kamu percaya padaku?” dengan tiga pilihan respons: A) Aku beritahu kamu! B) Dengarkanlah bagaimana aku berbicara! C) Saya tunjukkan paspor saya! Latihan ini mengajak peserta menilai kekuatan argumen, mengenali kesalahan penalaran, dan mengidentifikasi potensi kekeliruan logika.
Di akhir sesi, peserta berkesempatan mempraktikkan materi melalui simulasi dan diskusi kelompok. Mereka diminta menerapkan konsep berpikir kritis dalam skenario pembelajaran nyata, sehingga pengalaman yang diperoleh lebih relevan dengan situasi di kelas.
“Kami berharap kegiatan ini tidak hanya memberi wawasan, tetapi juga pengalaman langsung yang bisa dibawa mahasiswa saat nanti menjadi guru,” tutup Nahwa.
Kontributor : Yusuf
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha
