Pengajian Subuh PRM Samata Hangatkan Gowa, Tokoh Muhammadiyah Sulsel Hadir

PWMJATENG.COM, Gowa – Suasana hangat menyelimuti Masjid An Nas di Kompleks Perumahan Danau Alam Pendidikan, Kelurahan Romang Polong, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, pada Sabtu (9/8/2025) pagi. Sekitar seratus warga Muhammadiyah dan jamaah setempat memadati area masjid untuk mengikuti Pengajian dan Silaturahim Subuh yang digelar Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Samata, Cabang Sungguminasa.
Kegiatan ini sudah memasuki putaran keempat sejak pertama kali dilaksanakan, dengan pengurus Masjid An Nas bertindak sebagai tuan rumah. Setiap pelaksanaan, lokasi pengajian bergiliran di masjid maupun amal usaha Muhammadiyah yang berada di sekitar Samata.
Ketua PRM Samata, Mustari Bosra, menegaskan bahwa acara ini tidak hanya menjadi agenda pengajian rutin, tetapi juga sarana mempererat hubungan kekeluargaan.
“Kegiatan ini sudah berjalan empat kali, bergiliran di masjid dan amal usaha Muhammadiyah sekitar Samata. Silaturahim seperti ini menjaga kita tetap kompak,” ujar Mustari.
Sejumlah tokoh Muhammadiyah Wilayah Sulawesi Selatan hadir pada kesempatan tersebut. Mereka antara lain Sekretaris Majelis Ekonomi PWM Sulsel, Wahriyadi Kamaruddin; Sekretaris Majelis Tabligh PWM Sulsel, Sulaeman Masnan; serta Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sungguminasa, Arifin Idris.
Baca juga, Islam Memandang Keinginan Bunuh Diri karena Takut Memperbanyak Dosa
Beberapa dosen senior UIN Alauddin Makassar juga terlihat di barisan jamaah. Di antaranya adalah Muh. Wayong, Muh. Yahdi, dan Ilham Hamid. Kehadiran para tokoh dan akademisi ini menambah semarak suasana pengajian.
Acara dipandu oleh Haidir Fitra Siagian, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar. Untuk mengisi tausiah, panitia menghadirkan Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Sulsel, Zulfahmi Alwi. Dalam ceramahnya, ia mengajak jamaah memahami keterbatasan akal manusia serta pentingnya iman sebagai pegangan hidup.

“Kalau pakai otak saja, bisa jadi kita tidak percaya agama. Pancaindra terbatas, maka kita memerlukan wahyu,” pesan Zulfahmi di hadapan jamaah.
Ia juga menekankan pentingnya menghubungkan iman dengan tanggung jawab menjaga lingkungan melalui konsep eko-teologi.
“Menanam bunga atau pohon bukan sekadar hobi, tapi ibadah merawat bumi. Bisa jadi tanaman itu bertasbih dan mendoakan kita—ini hanya dipahami dengan iman, bukan logika,” ujarnya.
Dalam pandangannya, tradisi keilmuan Islam tidak hanya terbatas pada studi agama, tetapi juga mencakup filsafat dan tasawuf. Namun, semua itu harus dibarengi dengan iman agar tidak menjerumuskan ke arah yang salah.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha